Tampilkan postingan dengan label Kata-Kata Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kata-Kata Hikmah. Tampilkan semua postingan

17 Mar 2013

Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah

By: rnppsalatiga On: Minggu, Maret 17, 2013
  • Berbagi

  • Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

    تبسمك في وجه أخيك لك صدقة

    “Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah” [HR. Tirmidzi 1956, ia berkata: “Hasan gharib”. Di-shahih-kan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib]

    Dalam Hadits yang lain :

    لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

    “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu terhadap saudaramu” [HR. Muslim, no. 2626]

    13 Okt 2012

    Ketika Sahabat Kita Membeberkan Rahasia Kita !!!

    By: rnppsalatiga On: Sabtu, Oktober 13, 2012
  • Berbagi

  • Setiap kita memiliki rahasia-rahasia dalam kehidupan ini yang kita berusaha untuk menyembunyikannya dari orang lain…, baik rahasia-rahasia yang positif yang menyenangkan hati kita, maupun rahasia-rahasia negatif yang berkaitan dengan aib-aib kita. Tidak ada orang lain yang mengetahui rahasia-rahasia tersebut, hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui Yang ghaib dan yang mengetahuinya.

    Akan tetapi terkadang hati seseorang terasa sempit dengan rahasianya yang ia simpan…ia ingin sekali menyampaikan rahasia tersebut kepada orang lain yang amanah yang bisa menjaga rahasianya…, lantas kepada siapakah ia meletakkan rahasianya tersebut ??, terlebih lagi jika rahasia tersebut berkaitan dengan aibnya sendiri !!

    Bayangkan jika sahabat kita telah menyimpan rahasia kita dengan penuh amanah selama sepuluh tahun…lantas tatkala terjadi pertikaian antara kita dan dia yang membuatnya marah…akhirnya sahabat kitapun membeberkan rahasia aib kita tersebut !!!


    Membeberkan rahasia adalah pengkhianatan

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

    الرَّجُلُ إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلَ بِحَدِيْثٍ ثُمَّ الْتَفَتَ عَنْهُ فَهِيَ أَمَانَةٌ

    “Jika seseorang mengabarkan kepada orang lain suatu kabar, kemudian ia berpaling dari orang yang dikabari tersebut maka kabar itu adalah amanah (atas orang yang dikabari) (HR At-Tirmidzi (1959) dan Abu Dawud (4868). Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Shahiihah (1090).)

    Makna berpaling yaitu si penyampai kabar tatkala hendak menyampaikan kabarnya menengok ke kanan dan ke kiri karena kahwatir ada yang mendengar. Sikapnya memandang ke kanan dan ke kiri menunjukkan bahwa dia takut kalau ada orang lain yang ikut mendengar pembicaraannya, dan dia mengkhususkan kabar ini hanya kepada yang akan disampaikan kabar tersebut. Seakan-akan dengan sikapnya itu ia berkata kepada orang yang diajak bicara, "Rahasiakanlah kabar ini!" (Lihat Tuhfatul Ahwadzi (VI/81) dan ‘Aunul Ma’bud (XIII/178)

    Hadits ini menjelaskan bahwa seseorang hendaknya menjaga rahasia saudaranya jika dia faham bahwasanya saudaranya tidak ingin ada orang lain yang mengetahuinya, bahkan meskipun ia tidak meminta untuk merahasiakannya. Lantas bagaimana lagi jika ia meminta untuk merahasiakannya ??!!. Hadits ini juga tegas menjelaskan bahwasanya menjaga rahasia adalah amanah dan membongkar rahasia adalah bentuk pengkhianatan.

    Akan tetapi…, sungguh menjaga rahasia orang lain lebih sulit daripada menjaga harta orang lain.

    Al-Munaawi rahimahullah berkata :

    فَلَيْسَ كُلُّ مَنْ كَانَ عَلَى الأَمْوَالِ أَمِيْنًا كَانَ عَلَى الأَسْرَارِ أَمِيْنًا. وَالْعِفَّةُ عَنِ الْأَمْوَالِ أَيْسَرُ مِنَ الْعِفَّةِ عَنِ إِذَاعَةِ الْأَسْرَارِ

    "Tidak setiap orang yang amanah menjaga harta juga amanah menjaga rahasia. Menjaga diri dari harta lebih mudah dari pada menjaga diri untuk tidak menyebarkan rahasia" (Faidhul Qodiir 1/493, syarh hadits no 985)

    Sungguh benar perkataan Al-Munaawi ini, lebih mudah bagi kita tatkala diberi amanah untuk menjaga harta orang lain dari pada tatkala diberi amanah untuk tidak menceritakan rahasia orang lain.

    Ar-Rooghib berkata :

    وَإِذَاعَةُ السِّرِّ مِنْ قِلَّةِ الصَّبْرِ وَضِيْقِ الصُّدُوْرِ وَيُوْصَفُ بِهِ ضعفُ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ

    "Menyebarkan rahasia muncul dari sedikitnya kesabaran dan sempitnya dada, dan ini merupakan sifat para lelaki yang lemah, para wanita, dan anak-anak" (lihat Faidhul Qodiir 1/493)

    Sebaliknya seseroang berkata :

    كِتْمَانُ الأَسْرَارِ يَدُلُّ عَلَى جَوَاهِرِ الرِّجَالِ، وَكَمَا أَنَّهُ لاَ خَيْرَ فِي آنِيَةٍ لاَ تُمْسِكُ مَا فِيْهَا فَلاَ خَيْرَ فِي إِنْسَانٍ لاَ يَكْتُمُ سِرًّا

    "Menyembunyikan rahasia menunjukkan akan para lelaki yang mulia seperti permata, sebagaimana tidak ada kebaikan pada sebuah bejana yang tidak bisa menampung isinya maka tidak ada kebaikan pula pada seseorang yang tidak bisa menyembunyikan rahasia"


    Menjaga rahasia sendiri saja sulit apalagi rahasia orang lain?

    Jangankan untuk menjaga rahasia orang lain…, bahkan rahasia sendiri saja kita tidak kuasa untuk menyimpannya dan memendamnya dalam hati kita.

    Seseorang penyair berkata:

    إِذَا الْمَرْءُ أَفْشَـى سِـرَّهُ بِلِسَـانِهِ       وَلاَمَ عَلَـيْهِ غَـيْرَهُ فَـهُوَ أَحْمَقُ

    إِذَا ضَاقَ صَدْرُ الْمَرْءِ عَنْ سِرِّ نَفْسِهِ      فَصَدْرُ الَّذِي يَسْتَوْدِعُ السِّرَّ أَضْيَقُ

    "Jika seseorang membeberkan rahasianya sendiri dengan lisannya (kepada orang lain)…

    lantas ia mencela orang lain tersebut (karena membeberkan rahasianya) maka orang ini adalah orang bodoh…

    Jika hatinya sempit untuk bisa menahan rahasia pribadinya…

    maka dada orang lain yang ia simpan rahasianya tentunya lebih sempit lagi…"
    Jika kita tidak mampu untuk menyimpan rahasia kita lantas kita sampaikan kepada orang lain maka jangan menyesal jika akhirnya rahasia kita akan menjadi rahasia umum, sebagaimana perkataan seorang penyair ;

    كُلُّ عِلْمٍ لَيْسَ فِي الْقِرْطَاسِ ضَاعَ     وَكُلُّ سِرٍّ جَاوَزَ الاِثْنَيْنِ شَاعَ

    "Seluruh ilmu yang tidak tercatat di kertas akan lenyap….

    Dan seluruh rahasia yang telah melewati dua bibir maka akan tersebar"


    Betapa sering kita berkata kepada seseorang, "Tolong jaga rahasia ini, jangan sampai engkau menceritakannya kepada orang lain". Namun ternyata orang inipun menyebarkannya kepada orang lain dengan perkataan yang sama, "Tolong jaga rahasia ini, jangan sampai engkau menceritakannya kepada orang lain", dan seterusnya… hingga jadilah rahasia kita menjadi rahasia umum.

    Yang lebih menyedihkan…terkadang seseorang menyampaikan suatu rahasia kepada sahabat dekatnya, dan sebelum ia menyampaikan rahasia kepadanya ia mewanti-wantinya untuk tidak bercerita kepada orang lain…lantas sahabatnya itupun berkata, "Demi Allah meskipun ditawarkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, aku tetap tidak akan menceritakannya kepada orang lain". Ternyata beberapa minggu kemudian…atau sebulan kemudian…atau dua bulan kemudian…atau setahun kemudian…rahasia tersebut telah tersebar…rahasia pribadi telah berubah menjadi rahasia umum… bahkan akhirnya rahasia tersebut sampai langsung ke telinganya sendiri.

    Yang lebih menyedihkan lagi jika ternyata rahasia tersebut berkaitan dengan aibnya….jadilah sahabatnya tadi menjadi orang yang paling ia benci..!!!. Bahkan terkadang karena kebenciannya terhadap (bekas) sahabatnya tersebut mengantarkan dia untuk membalas dendam sehingga diapun balik menceritakan rahasia-rahasia bekas sahabatnya dengan membeberkan aib-aibnya !!!


    Kepada siapa kita simpan rahasia kita ?

    Berikut ini beberapa poin yang mungkin penting untuk diperhatikan tatkala hati kita gelisah dan ingin sekali menumpahkan rahasia kita kepada orang lain.

    Pertama : Hendaknya kita bertanya dalam diri kita, sudah perlukah kita membeberkan rahasia kita kepada orang lain??, apakah jika kita membeberkan rahasia kita akan mendatangkan kemaslahatan??!!

    Kedua : Sebelum kita menceritakan rahasia kita kepada orang lain, hendaknya kita membayangkan bagaimana jika orang tersebut tidak amanah??, hendaknya kita juga membayangkan bagaimana jika rahasia kita tersebut akhirnya tersebar?? Apakah kita siap menghadapinya??.

    Ketiga : Kalau memang kita harus membeberkan rahasia kita maka hendaknya kita menceritakannya kepada orang yang sholeh yang terkenal dengan amanah…terutama seseorang yang berilmu yang kita ingin mendapatkan masukan nasehat-nasehat darinya dalam menghadapi problem kita

    Keempat : Jangan sampai kita menceritakan rahasia kita kepada orang yang mencari-cari tahu rahasia kita. Orang yang seperti ini biasanya mudah untuk membeberkan rahasia. Seorang penyair berkata :

    لاَ تُذِعْ سِراًّ إِلَى طَالِبِهِ *** مِنْكَ فَالطَّالِبُ لِلسِّرِّ مُذِيْعُ

    "Janganlah engkau membeberkan rahasia kepada orang yang mencari-cari rahasia tersebut darimu, karena pencari-cari rahasia akan membeberkannya"


    Kelima : Janganlah kita menceritakan rahasia kita kepada banyak orang, karena semakin banyak orang yang kita ceritakan rahasia kita maka akan semakin mudah tersebar rahasia kita.

    Yang sering terjadi adalah jika seseorang menghadapi sebuah problem lantas ia selalu ingin curhat kepada orang lain, yang curhat tersebut mengharuskannya untuk membeberkan rahasianya. Akibatnya rahasianya menjadi rahasia umum.


    Para pembaca yang budiman…menjaga rahasia adalah suatu amanah, karenanya jika kita diminta untuk menjaga rahasia maka hendaknya kita benar-benar memegang amanah tersebut…, namun jika kita merasa tidak mampu untuk menjaganya maka hendaknya kita tolak permintaan tersebut. Jika memang orang yang meminta tersebut tetap ngotot menceritakan rahasianya kepada kita, maka hendaknya kita mempersyaratkan agar memaafkan kita jika rahasia tersebut tersebar dikemudian hari.
    Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 04-01-1433 H / 29 November2011 M
    Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

    Miskin Tapi Kaya

    By: rnppsalatiga On: Sabtu, Oktober 13, 2012
  • Berbagi


  • Imam As-Syafii rahimahullah berkata :

    إِذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ ..... فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ

    Jika engkau memiliki hati yang selalu qona'ah …

    maka sesungguhnya engkau sama seperti raja dunia


    Sekitar tujuh tahun yang lalu saya berkunjung di kamar seorang teman saya di Universitas Madinah yang berasal dari negara Libia, dan kamar tersebut dihuni oleh tiga mahasiswa yang saling dibatasi dengan sitar (kain) sehingga membagi kamar tersebut menjadi tiga petak ruangan kecil berukuran sekitar dua kali tiga meter. Ternyata… ia sekamar dengan seorang mahasiswa yang berasal dari negeri China yang bernama Ahmad. Beberapa kali aku dapati ternyata Ahmad sering dikunjungi teman-temannya para mahasiswa yang lain yang juga berasal dari China. Rupanya mereka sering makan bersama di kamar Ahmad, sementara Ahmad tetap setia memasakkan makanan buat mereka. Akupun tertarik melihat sikap Ahmad yang penuh rendah diri melayani teman-temannya dengan wajah yang penuh senyum semerbak. Ahmad adalah seorang mahasiswa yang telah berkeluarga dan telah dianugerahi seorang anak. Akan tetapi jauhnya ia dari istri dan anaknya tidaklah menjadikan ia selalu dipenuhi kesedihan…, hal ini berbeda dengan kondisi sebagian mahasiswa yang selalu bersedih hati karena memikirkan anak dan istrinya yang jauh ia tinggalkan.

    Suatu saat akupun menginap di kamar temanku tersebut, maka aku dapati ternyata Ahmad bangun sebelum sholat subuh dan melaksanakan sholat witir, entah berapa rakaat ia sholat. Tatkala ia hendak berangkat ke mesjid maka akupun menghampirinya dan bertanya kepadanya, "Wahai akhi Ahmad, aku lihat engkau senantiasa ceria dan tersenyum, ada apakah gerangan", Maka Ahmadpun dengan serta merta berkata dengan polos, "Wahai akhi… sesungguhnya Imam As-Syafi'i pernah berkata bahwa jika hatimu penuh dengan rasa qonaa'h maka sesungguhnya engkau dan seorang raja di dunia ini sama saja".

    Aku pun tercengang… sungguh perkataan yang indah dari Imam As-Syafii… rupanya inilah rahasia kenapa Ahmad senantiasa tersenyum.

    Para pembaca yang budiman Qona'ah dalam bahasa kita adalah "nerimo" dengan apa yang ada. Yaitu sifat menerima semua keputusan Allah. Jika kita senantiasa merasa nerima dengan apa yang Allah tentukan buat kita, bahkan kita senantiasa merasa cukup, maka sesungguhnya apa bedanya kita dengan raja dunia. Kepuasan yang diperoleh sang raja dengan banyaknya harta juga kita peroleh dengan harta yang sedikit akan tetapi dengan hati yang qona'ah.

    Bahkan bagitu banyak raja yang kaya raya ternyata tidak menemukan kepuasan dengan harta yang berlimpah ruah… oleh karenanya sebenarnya kita katakan "Jika Anda memiliki hati yang senantiasa qona'ah maka sesungguhnya Anda lebih baik dari seorang raja di dunia".

    Kalimat qona'ah merupakan perkataan yang ringan di lisan akan tetapi mengandung makna yang begitu dalam. Sungguh Imam As-Syafi'i tatkala mengucapkan bait sya'ir diatas sungguh-sungguh dibangun di atas ilmu yang kokoh dan dalam.

    Seseorang yang qona'ah dan senantiasa menerima dengan semua keputusan Allah menunjukkan bahwa ia benar-benar mengimani taqdir Allah yang merupakan salah satu dari enam rukun Iman.

    Ibnu Batthool berkata

    وَغِنَى النَّفْسِ هُوَ بَابُ الرِّضَا بِقَضَاءِ اللهِ تَعَالىَ وَالتَّسْلِيْم لأَمْرِهِ، عَلِمَ أَنَّ مَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ للأَبْرَارِ، وَفِى قَضَائِهِ لأوْلِيَائِهِ الأَخْيَارِ

    "Dan kaya jiwa (qona'ah) merupakan pintu keridhoan atas keputusan Allah dan menerima (pasrah) terhadap ketetapanNya, ia mengetahui bahwasanya apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang baik, dan pada ketetapan Allah lebih baik bagi wali-wali Allah yang baik" (Syarh shahih Al-Bukhari)

    Orang yang qona'ah benar-benar telah mengumpulkan banyak amalan-amalan hati yang sangat tinggi nilainya. Ia senantiasa berhusnudzon kepada Allah, bahwasanya apa yang Allah tetapkan baginya itulah yang terbaik baginya. Ia bertawakkal kepada Allah dengan menyerahkan segala urusannya kepada Allah, sedikitnya harta di tangannya tetap menjadikannya bertawakkal kepada Allah, ia lebih percaya dengan janji Allah daripada kemolekan dunia yang menyala di hadapan matanya.

    Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata ;

    إِنَّ مِنْ ضَعْفِ يَقِيْنِكَ أَنْ تَكُوْنَ بِمَا فِي يَدِكَ أَوْثَقُ مِنْكَ بِمَا فِي يَدِ اللهِ

    "Sesungguhnya diantara lemahnya imanmu engkau lebih percaya kepada harta yang ada di tanganmu dari pada apa yang ada di sisi Allah" (Jami'ul 'Uluum wal hikam 2/147)

    Orang yang qona'ah tidak terpedaya dengan harta dunia yang mengkilau, dan ia tidak hasad kepada orang-orang yang telah diberikan Allah harta yang berlimpah. Ia qona'ah… ia menerima semua keputusan dan ketetapan Allah. Bagaimana orang yang sifatnya seperti ini tidak akan bahagia..???!!!

    Allah berfirman :

    مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

    Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl : 97)

    Ali bin Abi Tholib radhiallahu 'anhu dan Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :الحَيَاةُ الطَّيِّبَةُ الْقَنَاعَةُ Kehidupan yang baik adalah qona'ah (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir At-Thobari dalam tafsirnya 17/290)

    Renungkanlah bagaimana kehidupan orang yang paling bahagia yaitu Nabi kita shallallahu 'alahi wa sallam…sebagaimana dituturkan oleh Aisyah radhiallahu 'anhaa:

    عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ لِعُرْوَةَ ابْنَ أُخْتِي إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرُ إِلَى الْهِلَالِ ثُمَّ الْهِلَالِ ثَلَاثَةَ أَهِلَّةٍ فِي شَهْرَيْنِ وَمَا أُوقِدَتْ فِي أَبْيَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَارٌ فَقُلْتُ يَا خَالَةُ مَا كَانَ يُعِيشُكُمْ قَالَتْ الْأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالْمَاءُ إِلَّا أَنَّهُ قَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِيرَانٌ مِنْ الْأَنْصَارِ كَانَتْ لَهُمْ مَنَائِحُ وَكَانُوا يَمْنَحُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَلْبَانِهِمْ فَيَسْقِينَا

    Aisyah berkata kepada 'Urwah, "Wahai putra saudariku, sungguh kita dahulu melihat hilal kemudian kita melihat hilal (berikutnya) hingga tiga hilal selama dua bulan, akan tetapi sama sekali tidak dinyalakan api di rumah-rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". Maka aku (Urwah) berkata, "Wahai bibiku, apakah makanan kalian?", Aisyah berkata, "Kurma dan air", hanya saja Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki tetangga dari kaum Anshoor, mereka memiliki onta-onta (atau kambing-kambing) betina yang mereka pinjamkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk diperah susunya, maka Rasulullahpun memberi susu kepada kami dari onta-onta tersebut" (HR Al-Bukhari no 2567 dan Muslim no 2972)

    Dua bulan berlalu di rumah Rasulullah akan tetapi tidak ada yang bisa dimasak sama sekali di rumah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Makanan beliau hanyalah kurma dan air.

    Rumah beliau sangatlah sempit sekitar 3,5 kali 5 meter dan sangat sederhana. 'Athoo' Al-Khurosaani rahimahullah berkata : "Aku melihat rumah-rumah istri-istri Nabi terbuat dari pelepah korma, dan di pintu-pintunya ada tenunan serabut-serabut hitam. Aku menghadiri tulisan (keputusan) Al-Waliid bin Abdil Malik (khalifah tatkala itu) dibaca yang memerintahkan agar rumah istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dimasukan dalam areal mesjid Rasululullah. Maka aku tidak pernah melihat orang-orang menangis sebagaimana tangisan mereka tatkala itu (karena rumah-rumah tersebut akan dipugar dan dimasukan dalam areal mesjid-pen). Aku mendengar Sa'iid bin Al-Musayyib berkata pada hari itu :

    واللهِ لَوَدِدْتُ أَنَّهُمْ تَرَكُوْهَا عَلَى حَالِهَا يَنْشَأُ نَاشِيءٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَيَقْدُمُ الْقَادِمُ مِنَ الأُفُقِ فَيَرَى مَا اكْتَفَى بِهِ رَسُوْلُ اللهِ فِي حَيَاتِهِ فَيَكُوْنُ ذَلِكَ مِمَّا يُزَهِّدُ النَّاسَ فِي التَّكَاثُرِ وَالتَّفَاخُرِ

    "Sungguh demi Allah aku sangat berharap mereka membiarkan rumah-rumah Rasulullah sebagaimana kondisinya, agar jika muncul generasi baru dari penduduk Madinah dan jika datang orang-orang dari jauh ke kota Madinah maka mereka akan melihat bagaimana kehidupan Rasulullah, maka hal ini akan menjadikan orang-orang mengurangi sikap saling berlomba-lomba dalam mengumpulkan harta dan sikap saling bangga-banggaan" (At-Tobaqoot Al-Kubroo li Ibn Sa'ad 1/499)

    Orang-orang mungkin mencibirkan mulut tatkala memandang seorang yang qona'ah yang berpenampilan orang miskin.., karena memang ia adalah seorang yang miskin harta. Akan tetapi sungguh kebahagiaan telah memenuhi hatinya.

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

    لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

    "Bukanlah kekayaan dengan banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan yang haqiqi adalah kaya jiwa (hati)" (HR Al-Bukhari no 6446 dan Muslim no 1050)

    Ibnu Battool rahimahullah berkata, "Karena banyak orang yang dilapangkan hartanya oleh Allah ternyata jiwanya miskin, ia tidak nerimo dengan apa yang Allah berikan kepadanya, maka ia senantiasa berusaha untuk mencari tambahan harta, ia tidak perduli dari mana harta tersebut, maka seakan-akan ia adalah orang yang kekurangan harta karena semangatnya dan tamaknya untuk mengumpul-ngumpul harta. Sesungguhnya hakekat kekayaan adalah kayanya jiwa, yaitu jiwa seseorang yang merasa cukup (nerimo) dengan sedikit harta dan tidak bersemangat untuk menambah-nambah hartanya, dan nafsu dalam mencari harta, maka seakan-akan ia adalah seorang yang kaya dan selalu mendapatkan harta" (Syarh Ibnu Batthool terhadap Shahih Al-Bukhari)

    Abu Dzar radhiallahu 'anhu menceritakan bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkata kepadanya:

    يَا أَبَا ذَر، أَتَرَى كَثْرَةَ الْمَالِ هُوَ الْغِنَى؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ : أَفَتَرَى قِلَّةِ الْمَالِ هُوَ الْفَقْرُ؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قال : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْبِ وَالْفَقْرُ فَقْرُ الْقَلْبِ

    "Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang banyaknya harta merupakan kekayaan?". Aku (Abu Dzar) berkata : "Iya Rasulullah". Rasulullah berkata : "Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta merupakan kemiskinan?", Aku (Abu Dzar ) berkata, "Benar Rasulullah". Rasulullahpun berkata : "Sesungguhnya kekayaan (yang hakiki-pen) adalah kayanya hati, dan kemisikinan (yang hakiki-pen) adalah miskinnya hati" (HR Ibnu Hibbaan dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam shahih At-Targiib wa At-Tarhiib no 827)

    Maka orang yang qona'ah meskpun miskin namun pada hakikatnya sesungguhnya ialah orang yang kaya.

    Madinah, 10 04 1432 H / 15 03 2011 M

    Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

    Bekal Takwa

    By: rnppsalatiga On: Sabtu, Oktober 13, 2012
  • Berbagi


  • تَزَوَّدْ مِنَ التَّقْوَى فَإِنَّكَ لاَ تَدْرِي***  إِذَا جَنَّ لَيْلٌ هَلْ تَعِيْشُ إِلَى الْفَجْرِ
    Berbekallah ketakwaan karena sesungguhnya engkau tidak tahu…
    Jika malam telah tiba apakah engkau masih bisa hidup hingga pagi hari
    وَكَمْ مِنْ صَحِيْحٍ مَاتَ مِنْ غَيْرِ عِلَّةٍ *** وَكَمْ مِنْ عَلِيْلٍ عَاشَ حِيْناً مِنَ الدَّهْرِ
    Betapa banyak orang yang sehat kemudian meninggal tanpa didahului sakit…
    Dan betapa banyak orang yang sakit yang masih bisa hidup beberapa lama
    فَكَمْ مِنْ فَتًى أَمْسَى وَأَصْبَحَ ضَاحِكًا *** وَقَدْ نُسِجَتْ أَكْفَانُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِِي
    Betapa banyak pemuda yang tertawa di pagi dan petang hari
    Padahal kafan mereka sedang ditenun dalam keadaan mereka tidak sadar
    وَكَمْ مِنْ صِغَارٍ يُرْتَجَى طُوْلُ عُمْرِهِمْ *** وَقَدْ أُدْخِلَتْ أَجْسَامُهُمْ ظُلْمَةَ الْقَبْرِ
    Betapa banyak anak-anak yang diharapkan panjang umur…
    Padahal tubuh mereka telah dimasukkan dalam kegelapan kuburan
    وَكَمْ مِنْ عَرُوْسٍ زَيَّنُوْهَا لِزَوْجِهَا *** وَقَدْ قُبِضَتْ أَرْوَاحُهُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ
    Betapa banyak mempelai wanita yang dirias untuk dipersembahkan kepada mempelai lelaki…
    Padahal ruh mereka telah dicabut tatkala di malam lailatul qodar

    Rumah Masa Depan

    By: rnppsalatiga On: Sabtu, Oktober 13, 2012
  • Berbagi


  • النفس تبكي على الدنيا وقد علمت...أن السلامة فيها ترك ما فيها
    (Sungguh aneh) jika jiwa menangis karena perkara dunia (yang terluput) padahal jiwa tersebut mengetahui bahwa keselamatan adalah dengan meninggalkan dunia
    لا دار للمرء بعد الموت يسكنها...إلا التي كان قبل الموت يبنيها
    Tidak ada rumah bagi seseorang untuk ditempati setelah kematian, kecuali rumah yang ia bangun sebelum matinya
    فإن بناها بخير طاب مسكنه...وإن بناها بشر خاب بانيها
    Jika ia membangun rumahnya (tatkala masih hidup) dengan amalan kebaikan maka rumah yang akan ditempatinya setelah matipun akan baik pula
    أموالنا لذوي الميراث نجمعها...ودورنا لخراب الدهر نبنيها
    Harta kita yang kita kumpulkan adalah milik ahli waris kita, dan rumah-rumah (batu) yang kita bangun akan rusak dimakan waktu
    كم من مدائن في الآفاق قد بنيت...أمست خرابا وأفنى الموت أهليها
    Betapa banyak kota (megah) dipenjuru dunia telah dibangun, namun akhirnya rusak dan runtuh, dan kematian telah menyirnakan para penghuninya
    أين الملوك التي كانت مسلطنة...حتى سقاها بكأس الموت ساقيها
    Dimanakah para raja dan pimpinan yang dahulu berkuasa? Agar mereka bisa meneguk cangkir kematian
    لا تركنن إلى الدنيا فالموت...لا شك يفنينا ويفنيها
    Janganlah engkau condong kepada dunia, karena tidak diragukan lagi bahwa kematian pasti akan membuat dunia sirna dan mebuat kitapun fana
    واعمل لدار غدا رضوان خازنها...والجار أحمد والرحمن بانيها
    Hendaknya engkau beramal untuk rumah masa depan yang isinya adalah keridoan Allah, dan tetanggamu adalah Nabi Muhammad serta yang membangunnya adalah Ar-Rohman (Allah yang maha penyayang)
    قصورها ذهب والمسك طينتها...والزعفران حشيش نابت فيها
    Bangunannya terbuat dari emas, dan tanahnya menghembuskan harumnya misik serta za'faron adalah rerumputan yang tumbuh di tanah tersebut
    أنهارها لبن مصفى ومن عسل...والخمر يجري رحيقا في مجاريها
    Sungai-sungainya adalah air susu yang murni jernih, madu dan khomr, yang mengalir dengan bau yang semerbak
    والطير تشدو على الأغصان عاكفة...تسبح الله جهرا فى مغانيها
    Burung-burung berkicau di atas ranting dan dahan di atas pohon-pohon yang ada di surga
    Mereka bertasbih memuji Allah dalam kicauan mereka
    فمن يشتري الدار في الفردوس يعمرها...بركعة في ظلام الليل يحييها
    Siapa yang hendak membangun surga firdaus maka hendaknya ia memenuhinya dengan sholat di dalam kegelapan malam

    BANGUNLAH DARI MIMPIMU WAHAI SI PEMALAS !!

    By: rnppsalatiga On: Sabtu, Oktober 13, 2012
  • Berbagi

  • Al-Imam As-Syafi'i rahimahullah berkata :
    بقَدْرِ الكدِّ تُكتَسَبُ المَعَــالي ....ومَنْ طَلبَ العُلا سَهِـرَ اللّيالي
    Ketinggian diraih berdasarkan ukuran kerja keras…
    Barang siapa yang ingin meraih puncak maka dia akan begadang

    ومَنْ رامَ العُلى مِن ْغَيرِ كَـدٍّ .....أضَاعَ العُمرَ في طَـلَبِ المُحَالِ
    Barang siapa yang mengharapkan ketinggian/kemuliaan tanpa rasa letih…
    Maka sesungguhnya ia hanya menghabiskan usianya untuk meraih sesuatu yang mustahil…
    تَرُومُ العِــزَّ ثم تَنامُ لَيـلاً .....يَغُوصُ البَحْرَ مَن طَلَبَ اللآلي
    Engkau mengharapkan kejayaan lantas di malam hari hanya tidur aja??
    Orang yang yang mencari mutiara harus menyelam di lautan…

    Diantara kita ada yang berangan-angan dan berkata : "Saya ingin bisa menjadi dermawan seperti si fulan...", "Saya ingin bisa menghafalkan al-Qur'an seperti si fulan...", "Saya ingin berilmu seperti syaikh/ustadz fulan...", "Saya ingin berhasil seperti si fulan..."
    Akan tetapi jika hanya berkata dan berangan-angan tanpa usaha maka anak kecil berusia 3 atau 4 tahun pun bisa..., kalau hanya mimpi siapapun bisa. Tapi yang tidak semuanya bisa adalah mewujudkan angan-angan dengan usaha maksimal serta semangat tinggi !!!, tentunya setelah disertai doa kepadaNya dan taufiq dariNya...

    11 Okt 2012

    Pembuka Hati

    By: rnppsalatiga On: Kamis, Oktober 11, 2012
  • Berbagi

  • Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Barangsiapa yang ingin agar 
    Allah  membukakan pintu hati dan menyinari lubuk kalbunya, 
    dia wajib me ninggalkan perkataan yang tidak berguna, mening-galkan perkara-perkara dosa, serta menjauhi berbagai bentuk 
    kemaksiatan. Seyogjanya dia melakukan amalan-amalan shalih 
    secara tersembunyi antara dirinya dengan Allah I saja. Sungguh, 
    apabila dia telah berbuat demikian niscaya Allah I bukakan 
    untuknya suatu ilmu yang membuatnya sibuk sehingga lupa ter-hadap yang lainnya. Dan sesungguhnya di dalam al-maut (ke-matian) itu terdapat kesibukan yang sangat banyak.”

    1 Okt 2012

    Keutamaan Abu Bakr radhiyallahu anhu

    By: rnppsalatiga On: Senin, Oktober 01, 2012
  • Berbagi
  • Umar Ibnul Khattab berkata, “Seandainya keimanan Abu Bakr ditimbang dengan keimanan seluruh umat ini maka akan lebih berat keimanan Abu Bakr”. Dia adalah orang yang jujur dari umat ini. Namanya adalah Abdullah bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Amru Al-Qurasy dan umat ini telah sepakat untuk memberikan gelar padanya dengan kata ash-Shiddiq, sebab dialah orang yang segera membenarkan Nabi Muhammad SAW dan Aisyah pernah berkata tentang bapaknya, “Bapakku orang yang berkulit putih, langsing dan berpipi tipis, sedikit bungkuk dan bermata cekung”.

    Mencintai karena Allah

    By: rnppsalatiga On: Senin, Oktober 01, 2012
  • Berbagi
  • Mencintai karena Allah itu tidak pernah merasakan kegalauan. Mencintai karena Allah itu tidak pernah merasakan kekecewaan. Mencintai karena Allah itu tidak pernah merasakan sakit hati. Mencintai karena Allah itu tidak pernah menangis karena takut kehilangan. Mencintai karena Allah itu mencintai dari hati karena iman bukan dari pandangan. Mencintai karena Allah itu ketika galau, bahwa Allah senantiasa selalu bersama kita. Mencintai karena Allah itu ketika kecewa, bahwa Allah selalu memberi kedamaian untuk kita. Mencintai karena Allah itu ketika sakit hati, bahwa Allah yang mampu mengobatinya dan Dia-lah sebaik baiknya penolong kita. Mencintai karena Allah itu tidak takut kehilangan, karena Allah lebih tau mana yang dibutuhkan oleh hambanya. Dan mencintai karena Allah itu ketika orang yang cintainya dimiliki oleh orang lain, iya akan berkata "semoga kau bahagia bersamanya."

    RENUNGAN

    By: rnppsalatiga On: Senin, Oktober 01, 2012
  • Berbagi
  • (1) Kehilangan adalah cara terbaik untuk bersyukur, namun jauh lebih baik bersyukur karena tidak kehilangan. (2) Mengambil hak orang lain sama seperti meminum air laut, semakin diminum akan semakin haus dan Anda akan ketagihan. (3) Bagi orang sukses, bangkrut itu adalah bagaikan membayar uang kuliah, krisis adalah merupakan peluang, sedangkan hinaan dan cemoohan bagaikan cambuk dan motivasi. (4) Saat berada jauh orang akan merindukan rumah, saat di rumah orang bisa hampir mati krn bosan. Manusia kadang sulit untuk menghargai apa yang didekatnya. (5) Lihatlah ke atas untuk berdoa dan belajar, lihatlah ke bawah untuk kita bisa bersyukur, dan lihatlah sekelilingmu untuk berhati-hati. (6) Hanya melalui kesulitanlah, manusia mau berdoa dan menengadahkan tangannya kepada Tuhan. (7) Hidup sama seperti permainan catur, Tuhan akan bergerak menunggu giliran Anda untuk menggerakan pion pertama artinya Tak akan ada Hasil apapun bila Anda Tidak Memulainya. (8) Kebenaran itu punya jalannya sendiri dan tidak perlu dibela, karena suaranya jauh lebih keras dari pembelaan itu sendiri. (9) Malam bukan hanya milik rasa letih, tapi juga milik rasa syukur atas kekuatan yang Tuhan berikan untuk menjalani hari ini. (10) Kalah adalah kesempatan untuk beristirahat dan dari kemenangan kecil kita bisa mempersiapkan diri untuk bisa menyambut kemenangan yang lebih besar. (11) Satu fakta yang setiap orang harus tahu adalah bahwa masalah sangat takut dengan senyuman, maka hadapilah masalah sebesar apapun dengan senyuman. (12) Dalam sejarah selalu saja ada seorang tokoh yang berhasil mengalahkan kemustahilan, pastikan saja itu termasuk diri Anda!

    30 Sep 2012

    #Ucapkanlah "Saya Tidak Tahu", Jika Kita Tidak Tahu Akan Suatu Urusan Jangan Sok Tahu#

    By: rnppsalatiga On: Minggu, September 30, 2012
  • Berbagi
  • Imam asy-Sya'bi Rahimahullah pernah ditanya tentang satu masalah, beliau menjawab: "Saya tidak tahu". Maka si penanya heran dan berkata: "Apakah engkau tidak malu mengatakan 'tidak tahu', padahal engkau adalah ahlul fiqh negeri Iraq?" Beliau menjawab: "Tidak, karena para malaikat sekalipun tidak malu mengatakan 'tidak tahu' ketika Allah tanya: أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ. (البقرة: 31) "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar!". (al-Baqarah: 31) Maka para malaikat menjawab: قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ. (البقرة: 32) Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada ilmu bagi kami selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (al-Baqarah: 32) (Lihat ucapan asy-Sya'bi dalam Jami' Bayanil 'Ilmi wa Fadllihi (2/51) melalui Hilyatul 'Alimi al-Mu'alim karya Salim bin 'Ied al-Hilali).

    10 Sep 2012

    Cerdasnya Imam Syafii rahimahullah

    By: rnppsalatiga On: Senin, September 10, 2012
  • Berbagi

  • Dikisahkan bahwa ada sebagian ulama terkemuka di Iraq yang merasa dengki dan iri hati terhadap Imam asy-Syafi’i dan berupaya untuk menjatuhkannya. Hal ini dikarenakan keunggulan Imam asy-Syafi’i atas mereka di dalam ilmu dan hikmah, di samping karena beliau mendapatkan tempat yang khusus di hati para penuntut ilmu sehingga mereka begitu antusias menghadiri majlisnya saja dan merasa begitu puas dengan pendapat dan kapasitas keilmuannya.
    Karena itu, para pendengki tersebut bersepakat untuk menjatuhkan Imam asy-Syafi’i. Caranya, mereka akan mengajukan beberapa pertanyaan yang rumit dalam bentuk teka-teki untuk menguji kecerdasannya dan seberapa dalam ilmunya di hadapan sang khalifah yang baik, Harun ar-Rasyid.
    Khalifah memang sangat menyukai Imam asy-Syafi’i dan banyak memujinya.
    Setelah menyiapkan beberapa pertanyaan tersebut, para pendengki tersebut memberitahu sang khalifah perihal keinginan mereka untuk menguji Imam asy-Syafi’i. Sang khalifah pun hadir dan mendengar langsung lontaran beberapa pertanyaan tersebut yang dijawab oleh Imam asy-Syafi’i dengan begitu cerdas dan amat fasih.
    Pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti berikut:
    PERTANYAAN PERTAMA
    Apa pendapatmu mengenai seorang laki-laki yang menyembelih seekor kambing di rumahnya, kemudian dia keluar sebentar untuk suatu keperluan lalu kembali lagi seraya berkata kepada keluarganya, “Makanlah oleh kalian kambing ini karena ia sudah haram bagiku.’ Lalu dijawab oleh keluarganya pula, “Ia juga haram bagi kami.” (bagaimana hal ini bisa terjadi.?-red.,)
    Jawab Imam asy-Syafi’i:
    Sesungguhnya orang ini dulunya seorang yang musyrik, menyembelih kambing atas nama berhala, lalu keluar dari rumahnya untuk sebagian keperluan lalu diberi hidayah oleh Allah sehingga masuk Islam, maka kambing itu pun jadi haram baginya. Dan ketika mengetahui ia masuk Islam, keluarganya pun masuk Islam sehingga kambing itu juga haram bagi mereka.
    PERTANYAAN KEDUA
    Ada dua orang Muslim yang berakal minum khamar, lalu salah satunya diganjar hukum Hadd (dicambuk 80 kali-red.,) tetapi yang satunya tidak diapa-apakan. (kenapa bisa demikian.?-red.,)
    Jawab Imam asy-Syafi’i:
    Sesungguhnya salah seorang di antara mereka berdua ini sudah baligh dan yang satunya lagi masih bocah (belum baligh).
    PERTANYAAN KETIGA
    Ada lima orang menzinahi seorang wanita, lalu orang pertama divonis bunuh, orang kedua dirajam (dilempar dengan batu hingga mati-red.,), orang ketiga dikenai hukum hadd (cambuk seratus kali-red.,), orang keempat hanya dikenai setengah hukum hadd sedangkan orang kelima dibebaskan (tidak dikenai apa-apa). (Kenapa bisa demikian.?-red.,)
    Jawab Imam asy-Syafi’i:
    Karena orang pertama tersebut telah menghalalkan zina sehingga divonis murtad dan wajib dibunuh, orang kedua adalah seorang yang Muhshan (sudah menikah), orang ketiga adalah seorang yang Ghairu Muhshan (belum menikah), orang keempat adalah seorang budak sedangkan orang kelima adalah seorang yang gila.
    PERTANYAAN KEEMPAT
    Seorang laki-laki mengerjakan shalat, lalu tatkala memberi salam ke kanan isterinya menjadi ditalak, tatkala memberi salam ke kiri batallah shalatnya serta tatkala melihat ke langit, dia malah wajib membayar 1000 dirham. (kenapa bisa begitu.?-red.,)
    Jawab Imam asy-Syafi’i:
    Tatkala memberi salam ke kanan, ia melihat seseorang yang telah ia nikahi isterinya saat dia menghilang (dalam pencarian), maka ketika ia melihatnya (suami lama isterinya tersebut) sudah hadir, ditalaklah isterinya tersebut dan tatkala menoleh ke arah kirinya, dia melihat ada najis sehingga batallah shalatnya, lalu ketika menengadah ke langit, dia melihat bulan sabit telah nampak di sana sementara ia punya hutang sebesar 1000 dirham yang harus dibayarnya pada awal bulan begitu nampak bulan sabit tersebut (karena dia harus membayar hutang tersebut pada awal bulan hijriah-red.,).
    PERTANYAAN KELIMA
    Ada seorang imam melakukan shalat bersama empat orang jama’ah di masjid, lalu masuklah seorang laki-laki dan ikut melakukan shalat di samping kanan sang imam. Tatkala imam memberi salam ke kanan dan melihat orang tersebut, maka ia wajib dieksekusi mati sedangkan empat orang yang bersamanya harus dihukum cambuk sedangkan masjid tersebut wajib dihancurkan, (bagaimana bisa demikian.?-red.,)
    Jawab Imam asy-Syafi’i:
    Sesungguhnya lelaki yang datang itu dulunya memiliki seorang isteri, lalu dia bepergian dan meninggalkannya (mantan isterinya tersebut) di rumah saudaranya lantas si imam ini membunuh saudaranya tersebut dan mengklaim bahwa perempuan itu adalah isteri korban yang dikawininya (padahal ia adalah saudara perempuan si korban-red.,) lantas ke-empat orang yang melakukan shalat bersamanya itu bersaksi atas hal itu (bersaksi dusta-red.,), sedangkan masjid tersebut dulunya adalah rumah si korban (saudara laki-laki si wanita yang jadi isterinya-red.,) lalu dijadikan oleh si imam sebagai masjid (sehingga wajib dihancurkan-red.,).
    PERTANYAAN KEENAM
    Apa pendapatmu mengenai seorang laki-laki yang memiliki budak namun melarikan diri, lalu orang ini berkata, “Dia bebas (merdeka) jika aku makan, hingga aku menemukannya (alias: aku tidak akan makan hingga bisa menemukannya dan bila aku ternyata makan sebelum menemukannya, maka status budak tersebut adalah bebas/merdeka-red.,), bagaimana jalan keluar baginya dari ucapannya tersebut?
    Jawab Imam asy-Syafi’i:
    Ia hibahkan saja budak tersebut kepada sebagian anak-anaknya kemudian dia makan, kemudian setelah itu ia menarik kembali hibahnya tersebut.
    PERTANYAAN KETUJUH
    Ada dua orang wanita bertemu dengan dua orang anak laki-laki, lalu kedua wanita tersebut berkata, “Selamat datang wahai kedua anak kami, kedua suami kami dan kedua anak dari kedua suami kami.” (bagaimana gambarannya?-red.,)
    Jawab Imam asy-Syafi’i:
    Sesungguhnya kedua anak laki-laki itu adalah dua anak dari masing-masing wanita tersebut, lalu masing-masing wanita itu menikah dengan anak laki-laki temannya (kawin silang-red.,), maka jadilah kedua anak laki-laki itu sebagai kedua anak mereka berdua, kedua suami mereka berdua dan kedua anak dari kedua suami mereka.
    PERTANYAAN KEDELAPAN
    Seorang laki-laki mengambil sebuah wadah air untuk minum, lalu dia hanya bisa meminum separuhnya yang halal baginya sedangkan sisanya menjadi haram baginya, (bagaimana bisa terjadi.?-red.,)
    Jawab Imam asy-Syafi’i:
    Sesungguhnya laki-laki itu telah meminum separuh air di wadah, lalu ketika meminum separuhnya lagi ia mengalami ‘mimisan’ sehingga darah menetes ke wadah itu sehingga membuat darah bercampur dengan air. Maka, jadilah ia (sisanya tersebut) haram baginya.
    PERTANYAAN KESEMBILAN
    Ada seorang laki-laki memberi kantong yang terisi penuh dan telah disegel kepada isterinya, lalu ia meminta kepada isterinya tersebut untuk mengosongkan isinya dengan syarat tidak membuka, merobek, menghancurkan segel atau membakarnya sebab bila ia melakukan salah satu dari hal tersebut, maka ia ditalak. (apa yang harus dilakukan sang isteri.?-red.,)
    Jawab Imam asy-Syafi’i:
    Sesungguhya kantong itu terisi penuh oleh gula atau garam sehingga apa yang harus dilakukan wanita hanyalah mencelupkannya ke dalam air hingga ia mencair sendiri.
    PERTANYAAN KESEPULUH
    Seorang laki-laki dan wanita melihat dua orang anak laki-laki di jalan, lalu keduanya mencium kedua anak laki-laki tersebut. Dan tatkala keduanya ditanyai mengenai tindakan mereka itu, si laki-laki itu menjawab, “Ayahku adalah kakek dari kedua anak laki-laki itu dan saudaraku adalah paman keduanya sedangkan isteriku adalah isteri ayahnya.” Sedangkan si wanita menjawab, “Ibuku adalah nenek keduanya dan saudara perempuanku adalah bibinya (dari pihak ibu).” (siapa sebenarnya kedua anak itu bagi kedua orang tersebut.?-red.,)
    Jawab Imam asy-Syafi’i:
    Sesungguhnya laki-laki itu tak lain adalah ayah kedua anak laki-laki itu sedangkan wanita itu adalah ibu mereka berdua.
    PERTANYAAN KESEBELAS
    Ada dua orang laki-laki berada di atas loteng rumah, lalu salah seorang dari mereka jatuh dan tewas. Sebagai konsekuensinya, isteri orang yang tewas tersebut menjadi haram bagi temannya yang satu lagi. (bagaimana ini bisa terjadi.?-red.,)
    Jawab Imam asy-Syafi’i:
    Sesungguhnya laki-laki yang jatuh lalu tewas itu adalah orang (majikan/tuan) yang telah menikahkan putrinya dengan budaknya yang bersamanya di atas loteng tersebut (yang selamat), maka tatkala ia tewas, putrinya tersebut mewarisinya sehingga menjadi pemilik budak yang tidak lain suaminya tersebut, maka jadilah ia (putri majikannya tersebut) haram baginya.
    Sampai di sini, sang khalifah Harun ar-Rasyid yang menghadiri perdebatan tersebut tidak mampu menyembunyikan rasa kagumnya terhadap kecerdasan Imam asy-Syafi’i, spontanitasnya, kebagusan pemahamannya dan keindahan ilmunya seraya berkata, “Maha suci Allah atas karunianya kepada Bani ‘Abdi Manaf; engkau telah menjelaskan dengan baik dan menafsirkan dengan begitu menawan serta mengungkapkan dengan begitu fasih.”
    Maka berkatalah Imam asy-Syafi’i, “Semoga Allah memanjangkan umur Amirul Mukminin. Aku mau mengajukan kepada para ulama tersebut satu pertanyaan saja yang bila mereka dapat menjawabnya, maka alhamdulillah sedang bila tidak bisa, aku berharap Amirul Mukminin dapat mengekang keusilan mereka terhadapku.”
    “Ya, itu hakmu, silahkan ajukan pertanyaanmu kepada mereka, wahai asy-Syafi’i,?” kata sang khalifah
    “Ada seorang laki-laki yang meninggal dunia dengan meninggalkan warisan sebanyak 600 dirham namun saudara wanitanya hanya mendapatkan bagian 1 dirham saja dari warisan tersebut, bagaimana cara membagikan warisan tersebut,?” tanya asy-Syafi’i.
    Maka, masing-masing dari para ulama tersebut saling memandang satu sama lain begitu lama namun tidak seorang pun dari mereka yang mampu menjawab satu pertanyaan tersebut sehingga tampak keringat membanjiri jidat mereka. Dan setelah begitu lama mereka hanya terdiam, berkatalah sang khalifah, “Ayo, katakan kepada mereka apa jawabannya.!”
    “Orang tersebut meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris; dua anak perempuan, seorang ibu, seorang isteri, dua belas orang saudara laki-laki dan seorang saudara perempuan. Jadi, dua anak perempuannya itu mendapatkan dua pertiganya, yaitu 400 dirham; si ibu mendapatkan seperenam, yaitu 100 dirham; isteri mendapatkan seperdelapan, yaitu 75 dirham; dua belas saudara laki-lakinya mendapatkan 24 dirham (masing-masing 2 dirham) sehingga sisanya yang satu dirham lagi itu menjadi jatah saudara perempuannya tersebut,” jawab Imam asy-Syafi’i setelah orang-orang yang ingin menjatuhkannya di hadapan khalifah yang amat mencintainya itu berbuat nekad terhadapnya.
    Dan jawaban Imam asy-Syafi’i tersebut membuat sang khalifah tersenyum seraya berkata, “Semoga Allah memperbanyak pada keluarga besarku orang sepertimu.”
    Lalu beliau memberi hadiah kepada Imam asy-Syafi’i sebanyak 2000 dirham. Hadiah itu diterimanya, lalu dibagi-bagikannya kepada para pelayan istana dan para pengawal.
    Sumber: Mi`ah Qishshah Wa Qishshah Fi Aniis ash-Shaalihiin Wa Samiir al-Muttaqiin karya Muhammad Amin al-Jundy, Juz.II, h.3-10, Baca juga di buku “Lelucon Orang-Orang Arab”, Muhammad Nuruddin al-Mikki, Penerbit Darul Falah

    8 Sep 2012

    Nasihat Imam Asy-Syafi'iy kepada muridnya

    By: rnppsalatiga On: Sabtu, September 08, 2012
  • Berbagi

  • Imam Al-Muzany bercerita:
    “Aku menemui Imam Asy-Syafi’iy menjelang beliau wafat, lalu kubertanya, “Bagaimana keadaanmu pada pagi ini, wahai Ustadzku?”
    Beliau menjawab, “Pagi ini aku akan melakukan perjalanan meninggalkan dunia, akan berpisah dengan kawan-kawanku, akan meneguk gelas kematian, akan menghadap kepada Allah dan akan menjumpai kejelekan amalanku. Aku tidak tahu: apakah diriku berjalan ke surga sehingga aku memberinya ucapan kegembiraan, atau berjalan ke neraka sehingga aku menghibur kesedihannya.”
    Aku berkata, “Nasihatilah aku.”
    Asy-Syafi’iy berpesan kepadaku, “Bertakwalah kepada Allah, permisalkanlah akhirat dalam hatimu, jadikanlah kematian antara kedua matamu, dan janganlah lupa bahwa engkau akan berdiri di hadapan Allah. Takutlah terhadap Allah ‘Azza wa Jalla, jauhilah segalah hal yang Dia haramkan, laksanakanlah segala perkara yang Dia wajibkan, dan hendaknya engkau bersama Allah di manapun engkau berada. Janganlah sekali-kali engkau menganggap kecil nikmat Allah kepadamu -walaupun nikmat itu sedikit- dan balaslah dengan bersyukur. Jadikanlah diammu sebagai tafakkur, pembicaraanmu sebagai dzikir, dan pandanganmu sebagai pelajaran. Maafkanlahorang yang menzhalimimu, sambunglah (silaturrahmi dari)orang yang memutus silaturahmi terhadapmu, berbuat baiklah kepada siapapun yang berbuat jelek kepadamu, bersabarlah terhadap segala musibah, dan berlindunglah kepada Allah dari api neraka dengan ketakwaan.”
    Aku berkata, “Tambahlah (nasihatmu) kepadaku.”
    Beliau melanjutkan, “Hendaknya kejujuran adalah lisanmu, menepati janji adalah tiang tonggakmu, rahmat adalah buahmu, kesyukuran sebagai thaharahmu, kebenaran sebagai perniagaanmu, kasih sayang adalah perhiasanmu, kecerdikan adalah daya tangkapmu, ketaatan sebagai mata percaharianmu, ridha sebagai amanahmu, pemahaman adalah penglihatanmu, rasa harapan adalah kesabaranmu, rasa takut sebagai pakaianmu, shadaqah sebagai pelindungmu, dan zakat sebagai bentengmu. Jadikanlah rasa malu sebagai pemimpinmu, sifat tenang sebagai menterimu, tawakkal sebagai baju tamengmu, dunia sebagai penjaramu, dan kefakiran sebagai pembaringanmu. Jadikanlah kebenaran sebagai pemandumu, haji dan jihad sebagai tujuanmu, Al-Qur`an sebagai juru bicaramu dengan kejelasan, serta jadikanlah Allah sebagai Penyejukmu. Barangsiapa yang bersifat seperti ini, surga adalah tempat tinggalnya.”
    Kemudian, Asy-Syafi’iy mengangkat pandangannya ke arah langit seraya menghadirkan susunan ta’bir. Lalu beliau bersya’ir,
    Kepada-Mu -wahai Ilah segenap makhluk, wahai Pemilik anugerah dan kebaikan-
    kuangkat harapanku, walaupun aku ini seorang yang bergelimang dosa
    Tatkala hati telah membatu dan sempit segala jalanku
    kujadikan harapan pengampunan-Mu sebagai tangga bagiku
    Kurasa dosaku teramatlah besar, tetapi tatkala dosa-dosa itu
    kubandingkan dengan maaf-Mu -wahai Rabb-ku-, ternyata maaf-Mu lebihlah besar
    Terus menerus Engkau Maha Pemaaf dosa, dan terus menerus
    Engkau memberi derma dan maaf sebagai nikmat dan pemuliaan
    Andaikata bukan karena-Mu, tidak seorang pun ahli ibadah yang tersesat oleh Iblis
    bagaimana tidak, sedang dia pernah menyesatkan kesayangan-Mu,Adam
    Kalaulah Engkau memaafkan aku, Engkau telah memaafkan
    seorang yang congkak, zhalim lagi sewenang-wenang yang masih terus berbuat dosa
    Andaikata Engkau menyiksaku, tidaklah aku berputus asa,
    walaupun diriku telah engkau masukkan ke dalam Jahannam lantaran dosaku
    Dosaku sangatlah besar, dahulu dan sekarang,
    namun maaf-Mu -wahai Maha Pemaaf- lebih tinggi dan lebih besar
    [Tarikh Ibnu Asakir Juz 51 hal. 430-431]
    Sumber: http://dzulqarnain.net

    Jangan Kabarkan Kepada Mereka

    By: rnppsalatiga On: Sabtu, September 08, 2012
  • Berbagi

  • Untaian perkataan Ibnul Jauzi rahimahullah yang menggetarkan hati para dai, beliau berkata :
    ((Sungguh suatu hari aku di majelisku maka aku melihat di sekitarku lebih dari 10 ribu hadirin, tidak seorangpun dari mereka kecuali trenyuh/luluh hatinya atau meneteskan air mata (karena nasehat dan ceramahku).
    Akupun berkata pada jiwaku : Bagaimana nasibmu jika mereka seluruhnya selamat (di akhirat) sedangkan engku celaka??.
    Maka akupun berucap dengan lisan perasaanku : Wahai Tuhanku…, wahai Tuhanku…jika kelak Engkau menetapkan untuk mengadzabku maka janganlah Engkau mengabarkan kepada mereka tentang tersiksanya aku… demi untuk menjaga kemuliaanMu bukan demi aku, agar mereka tidak berkata : Allah yang telah ditunjukan/diserukan oleh Ibnul Jauzi telah mengadzab Ibnul Jauzi))
    Shoidul Khootir hal 78

    Mutiara dari Ibnu Hazm

    By: rnppsalatiga On: Sabtu, September 08, 2012
  • Berbagi


  • Jika Anda menghadiri majelis ilmu, maka janganlah hadir kecuali kehadiranmu itu untuk menambah ilmu dan memperoleh pahala, dan bukannya kehadiranmu itu dengan merasa cukup akan ilmu yang ada padamu, mencari-cari kesalahan dari pengajar untuk menjelekkannya. Karena ini adalah perilaku orang-orang yang tercela, yang mana orang-orang tersebut tidak akan mendapatkan kesuksesan dalam ilmu selamanya.

    7 Sep 2012

    Siapa Yang Tidak Mempunyai Tekad Maka Ilmunya Tidak Bermanfaat

    By: rnppsalatiga On: Jumat, September 07, 2012
  • Berbagi

  • Di sebutkan dalam kitab “Thobaqoot as-Syafi’iyah” karangan Imam as-Subki rahimahullah jilid yang ke 2/99, perkataanya Imam Syafi’i, berikut nukilannya:
    Imam Syafi’i pernah berkata: “Siapa yang mempelajari al-Qur’an maka kedudukanya akan tinggi, siapa yang mempunyai perhatian terhadap fikih maka dirinya akan menjadi mulia, dan siapa yang mau menghafal hadits maka dia akan kuat di dalam berhujah, siapa yang memperhatikan bahasa maka tabi’atnya akan lunak sedangkan barangsiapa yang mau memperlajari ilmu hisab maka pikiranya menjadi jernih, (namun) siapa saja yang tidak mempunyai tekad untuk itu semua maka tidak akan bisa mendapat ilmu yang bermanfaat baginya”.
    Sumber: Ebook Mutiara Salaf