31 Jan 2014

Bersyukur dan Bersyukur...

By: rnppsalatiga On: Jumat, Januari 31, 2014
  • Berbagi
  • Sobat tahukah berapa harga harga Oksigen di apotik / rumah sakit ? harganya jika sobat belum tahu berkisar antara Rp 25rb/liter.

    Pernahkah kita menanyakan harga Nitrogen di apotik ? Jika belum tahu berkisar antara Rp 9.950/ltr

    Tahukah sobat bahwa :
    Dalam sehari manusia menghirup 2880 liter Oksigen & 11.376 liter Nitrogen untuk berlangsungnya kehidupannya & jika harus dihargai dengan Rupiah, maka Oksigen & Nitrogen yang kita hirup akan mencapai Rp.170 Jutaan/ hari / manusia

    Jika kita hitung kebutuhan kita sehari Rp.170 jt, maka sebulan Rp.5,1M/org

    Org yg paling KAYA pun tdk akan sanggup melunasi biaya nafas hidupnya & Tuhan memberikan kepada kita secara GRATIS !

    Masihkah kita belum mau BERSYUKUR?!! Dari sini kita bisa belajar bagaimana kita seharusnya menghargai kehidupan, alam, dan bersyukur pada Tuhan karena kita dapatkan itu semua gratis sebagai bukti kasih sayangNya.

    KERETA SUPER CEPAT, BANDUNG-JAKARTA 37 MENIT SAJA

    By: rnppsalatiga On: Jumat, Januari 31, 2014
  • Berbagi
  • Indonesia bersama dengan pemerintah Jepang akan membangun proyek kereta api super cepat Jakarta-Bandung. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Dedy S Priyatna mengatakan, proyek pembangunan ini akan diawali dengan studi kelayakan selama dua tahun atas biaya dana hibah pemerintah Jepang sebesar US$ 15 Juta.

    "Shinkansen akan berkecepatan 300 kilometer per jam. Jarak Jakarta-Bandung akan ditempuh dengan waktu 37 menit," jelasnya.

    Menurut Dedy, proyek yang akan menelan biaya Rp 56 triliun ini akan menggunakan skema kerja sama antara Pemerintah dan Swasta (KPS). studi kelayakan proyek ini akan dilakukan oleh konsultan Jepang yaitu, Japan International Consultant for Transportation, Yachiyo Engineering Co., Ltd., Oriental Consultant, Mitsubishi Research Institute, dan Nippon Koei, Co., Ltd.

    Diperkirakan harga tiket akan dijual dengan Rp 200 ribu dan stasiun untuk kereta super cepat ini direncanakan dibangun di kawasan Dukuh Atas Jakarta dan kawasan Gedebage Bandung. (KF-Vey/Tempo)

    “Palagan" Surabaya 28–30 Oktober 1945

    By: rnppsalatiga On: Jumat, Januari 31, 2014
  • Berbagi

  • Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November adalah untuk mengenang peristiwa heroik rakyat Surabaya melawan tentara Inggris. Namun perlu pula dikenang peristiwa yang mengawalinya. Pertempuran 28-30 Oktober 1945 merupakan "palagan" yang sebenarnya, di mana pasukan Indonesia memaksa Inggris mengibarkan bendera putih.

    Tentara Inggris mendarat di Surabaya untuk menegakkan ketertiban dan keamanan, membebaskan semua tawanan perang Sekutu, mengevakuasi interniran, melucuti, dan memulangkan tentara Jepang. Pasukan yang dikirim ke Surabaya adalah Brigade ke-49, Divisi 23 India, di bawah komando Brigjen Mallaby. Kekuatannya 4.000 orang, terdiri dari batalyon Mahrattas dan Rajputana Rifles. Perwira-perwira komandannya campuran, Inggris dan India.

    Pemerintah RI di Jakarta, meminta pemerintah daerah, TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan para pejuang di Surabaya menerima baik dan membantu kelancaran misi Inggris. Karena goodwill ini merupakan bagian dari langkah RI untuk mendapatkan pengakuan dari Sekutu, pemenang Perang Dunia II.

    Pimpinan tentara Inggris, dua kali bertemu dengan pimpinan pemerintahan dan tentara Indonesia di Surabaya. Pertama pada hari pendaratannya, 25 Oktober 1945 dan kedua, 26 Oktober. Pertemuan berlangsung dalam suasana bersahabat. Namun pihak Indonesia memperingatkan tidak boleh ada satu pun Belanda membonceng pasukan Sekutu ini. Inggris menjamin hal itu tidak akan terjadi. Kedua belah pihak sepakat bekerja sama menjaga ketentraman dan ketertiban. Dan agar kerja sama bisa berjalan baik, dibentuk Contact Committee.

    Provokatif:
    Mentaati niat baik pemerintah pusat, pimpinan perjuangan di Surabaya juga menunjukkan sikap yang luwes. Namun kelonggaran-kelonggaran yang diberikan itu dimanfaatkan Inggris untuk melebarkan dislokasi pasukannya sampai di luar kesepakatan bersama. Mereka antara lain memperkuat posisi di tempat- tempat strategis seperti lapangan terbang Tanjung Perak, perusahaan listrik ANIEM, stasiun kereta api, kantor pos besar dan stasiun radio di Simpang.

    Sikap baik RI ini disalahgunakan pula oleh satuan intel brigade yang melakukan raid ke penjara Kalisosok, untuk membebaskan seorang kolonel angkatan laut Belanda (yang ditangkap pemuda saat menjalankan tugas untuk Sekutu) serta perwira-perwira dan staf RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoner of War and Internees) yang ditahan di situ. Inggris juga mengacau di Nyamplungan, menangkapi sejumlah pemuda dan Ketua BKR setempat, serta menyerobot kantor Polisi RI Bubutan dan penjara Bubutan.

    Kepercayaan terhadap Inggris serta merta berbalik curiga, ketika pada pagi 27 Oktober, sebuah pesawat Inggris menyebarkan pamflet yang isinya menuntut rakyat menyerahkan kepada Inggris semua senjata dan peralatan militer. Yang tidak mematuhinya akan dihukum mati. Seruan ini dikeluarkan oleh Panglima Divisi ke-23, Mayjen Hawthorn (bermarkas di Jakarta dan wewenangnya meliputi Jawa-Bali-Lombok). Pihak Indonesia mencurigai keras Inggris tengah membuka pintu untuk Belanda kembali ke sini.

    Pemimpin-pemimpin RI di Surabaya memperingatkan Mallaby bahwa leaflet Hawthorn dan perbuatan yang dilakukan pasukannya mengingkari perjanjian yang telah disepakati. Para pemuda Surabaya bereaksi dengan meringkus serdadu-serdadu Inggris yang menduduki Nyamplungan dan Bubutan. Sejumlah prajurit Inggris dan India yang sedang pesiar di kota juga diculik dan dibunuh. Sebaliknya, tanggal 28 Oktober, Inggris melakukan perampasan senjata dan mobil-mobil pemuda.
    Sore harinya, pimpinan TKR memutuskan melakukan serangan umum terhadap semua posisi Inggris di Surabaya. Radio pemberontak berulang-ulang mengumandangkan panggilan pada rakyat untuk mengangkat senjata dan menyerang secara serentak kedudukan pasukan Inggris. Sore dan malam hari itu juga pecah pertempuran sporadis di berbagai tempat di kota.

    Inggris Terjepit:
    Pertempuran besar meletus pagi 29 Oktober. Serangan fajar TKR dibuka pukul 05.00. Tembakan pistol, senapan, senapan mesin berat dan ringan sampai mortir saling bersahutan. Asap membumbung di atas kota Surabaya. Para tawanan perang dan kaum interniran yang sudah bergembira menunggu pembebasan mereka, kembali ciut hatinya, karena terkurung di tempat-tempat penampungan yang sekitarnya telah menjadi ajang pertempuran yang sengit.

    Pasukan Inggris terjepit, bahkan seantero Brigade 49 ini terancam musnah. Kesalahan mereka adalah menganggap enteng perlawanan rakyat dan TKR, lalu menghadapinya dengan satuan-satuan kecil yang terpecah-pecah di berbagai tempat. Perbekalan pelurunya juga hanya untuk pertempuran garis pertama. Namun, begitu terdesak, mereka pun sulit mendatangkan bala bantuan, karena pasukan besar Inggris lainnya paling dekat berjarak 200 mil, yakni brigade yang berada di Semarang. Amunisi dan logistik tambahan yang didrop dari udara malah jatuh ke pihak RI.

    Salah satu pertempuran dramatis berlangsung selama lima jam di jembatan Wonokromo, sebelum akhirnya pasukan Inggris kehabisan peluru. Dua peleton yang kebanyakan orang India terisolir dan terkepung di situ. Mereka nyaris dihabisi oleh massa rakyat yang tidak tahu hukum perang. Sejumlah serdadu India berteriak-teriak "Muslim, muslim..!", memohon jangan dibunuh.

    Personel TKR sekuat tenaga mencegah pembantaian tersebut. Sisa-sisa pasukan Inggris-India itu dilarikan ke Tanjung Perak dengan truk TKR yang mengibarkan bendera putih. Kekalahan di Wonokromo ini membuat kekuatan Inggris terpotong dua. Satunya yang bertahan di kota dan lainnya di sekeliling markasnya di Tanjung Perak Kali Mas yang membelah kota menjadi saksi keganasan perang ini. Di sungai yang keruh itu mengambang mayat-mayat tentara asing tersebut, sebagian tanpa kepala atau anggota badan lainnya. Menurut sumber Inggris, korban di pihak mereka 200 orang tewas atau hilang, dan 80 luka-luka. Yang memilukan adalah nasib ratusan interniran yang terdiri dari perempuan dan anak-anak. Konvoi truk yang mengangkut mereka dari kamp Darmo terjebak di daerah pertempuran, dan menjadi sasaran amukan laskar rakyat.

    Panglima Tentara Sekutu di Indonesia (AFNEI - Allied Forces Netherlands East Indies), Letjen Sir Philip Christison berusaha menyelamatkan pasukannya di Surabaya dengan meminta pemimpin RI di Jakarta turun tangan. Atas permintaan Christison, 29 Oktober petang Presiden Soekarno, terbang ke Surabaya, didampingi Wakil Presiden Hatta dan Menteri Pertahanan Amir Sjarifudin. Pagi 30 Oktober, Bung Karno bersama Mayjen Hawthorn dan Brigadir Mallaby mengadakan perundingan damai dengan para pemimpin pejuang di Gubernuran Surabaya.

    Sumber: Dikutip dari "Menjadi TNI", buku biografi Himawan Soetanto.

    ----------------------------------------
      Disadur dari Postingan FB KSI

    Sejarah Tahun Baru Imlek

    By: rnppsalatiga On: Jumat, Januari 31, 2014
  • Berbagi
  • Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama (bahasa Tionghoa: 正月; pinyin: zhēng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh 十五冥 元宵节 di tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti "malam pergantian tahun".

    Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek sangat beragam. Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan kembang api. Meskipun penanggalan Imlek secara tradisional tidak menggunakan nomor tahun malar, penanggalan Tionghoa di luar Tiongkok seringkali dinomori dari pemerintahan Huangdi. Setidaknya sekarang ada tiga tahun berangka 1 yang digunakan oleh berbagai ahli, sehingga pada tahun 2009 masehi "Tahun Tionghoa" dapat japada tahun 4707, 4706, atau 4646.

    Dirayakan di daerah dengan populasi suku Tionghoa, Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan memiliki pengaruh pada perayaan tahun baru di tetangga geografis Tiongkok, serta budaya yang dengannya orang Tionghoa berinteraksi meluas. Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873). Di Daratan Tiongkok, Hong Kong, Makau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara lain atau daerah dengan populasi suku Han yang signifikan, Tahun Baru Imlek juga dirayakan, dan pada berbagai derajat, telah menjadi bagian dari budaya tradisional dari negara-negara tersebut.

    Tanggal perayaan
    Kalender lunisolar Tionghoa menentukan tanggal Tahun Baru Imlek. Kalender tersebut juga digunakan di negara-negara yang telah mengangkat atau telah dipengaruhi oleh budaya Han (terutama di Korea, Jepang, dan Vietnam) dan mungkin memiliki asal yang serupa dengan perayaan Tahun Baru di luar Asia Timur (seperti Iran, dan pada zaman dahulu kala, daratan Bulgar).

    Dalam kalender Gregorian, Tahun Baru Imlek jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya, antara tanggal 21 Januari sampai 20 Februari. Dalam kalender Tionghoa, titik balik mentari musim dingin harus terjadi di bulan 11, yang berarti Tahun Baru Imlek biasanya jatuh pada bulan baru kedua setelah titik balik mentari musim dingin (dan kadang yang ketiga jika pada tahun itu ada bulan kabisat). Di budaya tradisional di Cina, lichun adalah waktu solar yang menandai dimulainya musim semi, yang terjadi sekitar 4 Februari.

    Tanggal untuk Tahun Baru Imlek dari 1996 sampai 2019 (dalam penanggalan Gregorian) dapat dilihat di tabel di atas, bersamaan dengan shio hewan untuk tahun itu dan cabang duniawinya. Bersamaan dengan daur 12-tahun masing-masing dengan shio hewan ada daur 10-tahun batang surgawi. Setiap surgawi dikaitkan dengan salah satu dari lima elemen perbintangan Cina, yaitu: Kayu, Api, Bumi, Logam, dan Air. Unsur-unsur tersebut diputar setiap dua tahun sekali sementara perkaitan yin dan yang silih berganti setiap tahun. Unsur-unsur tersbut dengan itu dibedakan menjadi: Kayu Yang, Kayu Yin, Api Yang, Api Yin, dan seterusnya. Hal ini menghasilkan sebuah daur gabungan yang berulang setiap 60 tahun. Sebagai contoh, tahun dari Tikus Api Yang terjadi pada 1936 dan pada tahun 1996.

    Banyak orang mengacaukan tahun kelahiran Tionghoa dengan tahun kelahiran Gregorian mereka. Karena Tahun Baru Imlek dapat dimulai pada akhir Januari sampai pertengahan Februari, tahun Tionghoa dari 1 Januari sampai hari imlek pada tahun baru Gregorian tetap tidak berubah dari tahun sebelumnya. Sebagai contoh, tahun ular 1989 mulai pada 6 Februari 1989. Tahun 1990 dianggap oleh beberapa orang sebagai tahun kuda. Namun, tahun ular 1989 secara resmi berakhir pada 26 Januari 1990. Ini berarti bahwa barang siapa yang lahir dari 1 Januari ke 25 Januari 1990 sebenarnya lahir pada tahun ular alih-alih tahun kuda.

    Sejarah
    Sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan permulaan sesuatu tahun masih belum jelas. Ada kemungkinan bahwa awal tahun bermula pada bulan 1 semasa Dinasti Xia, bulan 12 semasa Dinasti Shang, dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou di China. Bulan kabisat yang dipakai untuk memastikan kalendar Tionghoa sejalan dengan edaran mengelilingi matahari, selalu ditambah setelah bulan 12 sejak Dinasti Shang (menurut catatan tulang ramalan) dan Zhou (menurut Sima Qian). Kaisar pertama China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM. Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang. Tahun pertama Tahun Baru Imlek/Yinli dihitung berdasarkan tahun pertama kelahiran Kongfuzi (Confucius), hal ini dilakukan oleh Kaisar Han Wudi sebagai penghormatan kepada Kongfuzi yang telah mencanangkan agar menggunakan sistem penanggalan Dinasti Xia dimana Tahun Baru dimulai pada tanggal 1 bulan kesatu. Oleh sebab itu sistem penanggalan ini dikenal pula dengan Kongzili.

    Mitos
    Menurut legenda, dahulu kala, Nián (年) adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri merka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. DIpercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen. Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun
    Baru. Guò nián (Hanzi tradisional: 過年; bahasa Tionghoa: 过年), yang berarti "menyambut tahun baru", secara harafiah berarti "mengusir Nian".[1][2]

    Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh 鸿钧老祖 atau 鸿钧天尊Hongjun Laozu, seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.

    Salam:
    Sekitar masa tahun baru orang-orang memberi selamat satu sama lain dengan kalimat:
    • Aksara Tionghoa Sederhana: 恭喜发财 - Aksara Tionghoa Tradisional: 恭喜發財 = "selamat dan semoga banyak rejeki", dibaca:
    o "Gōngxǐ fācái" (bahasa Mandarin)
    o "Kung hei fat choi" (bahasa Kantonis)
    o "Kiong hi huat cai" (bahasa Hokkien)
    o "Kiong hi fat choi" {bahasa Hakka)
    • "Xīnnián kuàilè" (新年快樂) = "Selamat Tahun Baru"

    Tahun Baru Imlek di Indonesia:
    Di Indonesia, selama tahun 1968-1999, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.

    Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.

    Sumber: Wikipedia Indonesia

    ----------------------------------------
    Disadur Postingan FB KSI

    Sejarah dibalik Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki

    By: rnppsalatiga On: Jumat, Januari 31, 2014
  • Berbagi
  • Peristiwa Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki adalah sejarah kelam peperangan yang terjadi di dunia ini. Serangan bom atom meluluh lantakkan negeri Jepang dan mengakibatkan jatuhnya banyak korban dikedua kota tersebut.

    Tidak hanya itu efek yang ditimbulkan setelah serangan itu adalah penderitaan berkepanjangan dari generasi ke generasi akibat radiasi kimia yang diturunkan lewat genetika. Bom Atom yang jatuh di Kota Hiroshima dan Nagashaki terjadi pada 6 Agustus 1945, yang terjadi saat Perang Dunia II dimana dilakukan oleh pihak sekutu (Amerika, dkk) dengan alasan untuk membungkam angkatan perang kekaisaran Jepang yang terkenal sangat heroik, pantang menyerah dan loyal kepada kaisar.

    Bom atom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada akhir tahun 1945. Enam hari setelah dijatuhkannya bom atom di Nagasaki, pada 15 Agustus, Jepang mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, menandatangani instrumen menyerah pada tanggal 2 September, yang secara resmi mengakhiri Perang Pasifik dan Perang Dunia II. (Jerman sudah menandatangani menyerah pada tanggal 7 Mei 1945, mengakhiri teater Eropa.)

    Pengeboman ini membuat Jepang sesudah perang mengadopsi Three Non-Nuclear Principles, melarang negara itu memiliki senjata nuklir. Bom Atom yang dijatuhkan ke Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan yang dijatuhkan di Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945.

    Mengapa Hiroshima dipilih sebagai target pertama dari serangan bom atom AS ini? Jelas sekali Hiroshima dipilih sebagai target pertama serangan berdasarkan pertimbangan matang militer AS kala itu. Selama Perang Dunia kedua, Hiroshima jarang sekali diterjang oleh aksi pengeboman. Namun status kota tersebut sebagai markas militer Jepang, menjadikannya sasaran empuk dari para lawannya.

    Hiroshima juga dikenal sebagai kota pelabuhan yang besar di Jepang. Alasan inilah yang membuat kota ini sebagai sasaran strategis bom atom buatan Amerika.

    Sementara alasan Nagasaki sendiri sebenarnya bukan target utama dari AS. Kokura merupakan target potensial yang dipilih bersama Kyoto dan Niigata. Nagasaki dipilih sebagai pengganti Kyoto sebagai target potensial. Kyoto sendiri dipilih karena alasan religi yang mendukung pola militer Jepang.

    Sementara target potensial ketiga Niigata, dicoret dari daftar karena jaraknya terlalu jauh dari Pangkalan Militer Filipina, tempat pesawat pengebom lepas landas menuju Jepang. Namun pada akhirnya pilihan target jatuh pada Nagasaki, karena Militer AS juga mencoret Kokura dari daftar target mereka.

    Nagasaki adalah kota yang industri perkapalannya bisa dikatakan maju. Namun kota ini bukanlah kota favorit untuk diserang karena sudah dibom sebanyak lima
    kali selama 12 bulan terakhir sebelum serangan bom atom melandanya. Alhasil, hanya Hiroshima dan Nagasaki yang dihancurkan oleh bom atom AS.

    Bom bom tersebut dijatuhkan dari sebuah pesawat B-29 Flying Superfortress bernama Enola Gay (nama yang aneh) yang dipiloti oleh Letkol. Paul W. Tibbets, dari sekitar ketinggian 9.450 m (31.000 kaki).

    Senjata ini meledak pada pukul 08.15 pagi (waktu Jepang) ketika dia mencapai ketinggian 550 meter. Untuk menjatuhkan bom ini pesawat memang terbang cukup tinggi dan menggunakan google khusus (pelindung mata khusus) anti radiasi, dalam sebuah dokumenter yang saya lihat, para pengebom memiliki tekanan (pressure) jiwa yang sangat besar karena akan menjatuhkan bom dahsyat itu ke tengah tengah pemukiman penduduk, namun mereka tetap melakukan nya demi tugas bangsa.

    ada sebuah kejadian yang diabadikan disana saat beberapa saat bom dijatuhkan. “Satu cahaya yang terang memenuhi pesawat,” begitu tulis Tebbits. “Kami memutar pesawat kembali untuk melihat Hiroshima. Kota tersebut tersembunyi di balik awan yang mengerikan itu. Mendidih, mengembang berbentuk jamur.” Setelah itu, beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun berikutnya, semua orang bicara. “Lihat itu! Lihat itu ! Lihat itu…..! ” seru kopilot Robert Lewis sambil memukul bahu Tibbets.

    Lewis mengatakan ia bisa merasakan pembelahan atom proses yang terjadi ketika bom atom meledak. Rasanya seperti timah hitam. Ia lalu berbalik untuk menulis dalam catatannya. “Tuhan,” tanyanya pada diri sendiri, “Apa yang telah kami lakukan?”

    Sumber:kumpulansejarah.com
    ***************
    (Saladdin)

    Kisah Laksamana Cheng Ho Sebagai Sosok Seorang Muslim

    By: rnppsalatiga On: Jumat, Januari 31, 2014
  • Berbagi

  • Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.

    Dalam Ming Shi (Sejarah Dinasti Ming) tak terdapat banyak keterangan yang menyinggung tentang asal-usul Cheng Ho. Cuma disebutkan bahwa dia berasal dari Provinsi Yunnan, dikenal sebagai kasim (abdi) San Bao. Nama itu dalam dialek Fujian biasa diucapkan San Po, Sam Poo, atau Sam Po. Sumber lain menyebutkan, Ma He (nama kecil Cheng Ho) yang lahir tahun Hong Wu ke-4 (1371 M) merupakan anak ke-2 pasangan Ma Hazhi dan Wen.

    Saat Ma He berumur 12 tahun, Yunnan yang dikuasai Dinasti Yuan direbut oleh Dinasti Ming. Para pemuda ditawan, bahkan dikebiri, lalu dibawa ke Nanjing untuk dijadikan kasim istana. Tak terkecuali Cheng Ho yang diabdikan kepada Raja Zhu Di di istana Beiping (kini Beijing).

    Di depan Zhu Di, kasim San Bao berhasil menunjukkan kehebatan dan keberaniannya. Misalnya saat memimpin anak buahnya dalam serangan militer melawan Kaisar Zhu Yunwen (Dinasti Ming). Abdi yang berpostur tinggi besar dan bermuka lebar ini tampak begitu gagah melibas lawan-lawannya. Akhirnya Zhu Di berhasil merebut tahta kaisar.

    Ketika kaisar mencanangkan program pengembalian kejayaan Tiongkok yang merosot akibat kejatuhan Dinasti Mongol (1368), Cheng Ho menawarkan diri untuk mengadakan muhibah ke berbagai penjuru negeri. Kaisar sempat kaget sekaligus terharu mendengar permintaan yang tergolong nekad itu. Bagaimana tidak, amanah itu harus dilakukan dengan mengarungi samudera. Namun karena yang hendak menjalani adalah orang yang dikenal berani, kaisar oke saja.

    Berangkatlah armada Tiongkok di bawah komando Cheng Ho (1405). Terlebih dahulu rombongan besar itu menunaikan shalat di sebuah masjid tua di kota Quanzhou (Provinsi Fujian). Pelayaran pertama ini mampu mencapai wilayah Asia Tenggara (Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa). Tahun 1407-1409 berangkat lagi dalam ekspedisi kedua. Ekspedisi ketiga dilakukan 1409-1411. Ketiga ekspedisi tersebut menjangkau India dan Srilanka. Tahun 1413-1415 kembali melaksanakan ekspedisi, kali ini mencapai Aden, Teluk Persia, dan Mogadishu (Afrika Timur). Jalur ini diulang kembali pada ekspedisi kelima (1417-1419) dan keenam (1421-1422). Ekspedisi terakhir (1431-1433) berhasil mencapai Laut Merah.

    Cheng Ho berlayar ke Malaka pada abad ke-15. Saat itu, seorang putri Tiongkok, Hang Li Po (atau Hang Liu), dikirim oleh kaisar Tiongkok untuk menikahi Raja Malaka (Sultan Mansur Shah).

    Pada tahun 1424, kaisar Yongle wafat. Penggantinya, Kaisar Hongxi (berkuasa tahun 1424-1425, memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa kekuasaan Kaisar Xuande (berkuasa 1426-1435).

    Kapal yang ditumpangi Cheng Ho disebut 'kapal pusaka' merupakan kapal terbesar pada abad ke-15. Panjangnya mencapai 44,4 zhang (138 m) dan lebar 18 zhang (56 m). Lima kali lebih besar daripada kapal Columbus. Menurut sejarawan, JV Mills kapasitas kapal tersebut 2500 ton.

    Model kapal itu menjadi inspirasi petualang Spanyol dan Portugal serta pelayaran modern di masa kini. Desainnya bagus, tahan terhadap serangan badai, serta dilengkapi teknologi yang saat itu tergolong canggih seperti kompas magnetik.

    Cheng Ho melakukan ekspedisi ke berbagai daerah di Asia dan Afrika, antara lain:
    Vietnam
    Taiwan
    Malaka / bagian dari Malaysia
    Sumatra / bagian dari Indonesia
    Jawa / bagian dari Indonesia
    Sri Lanka
    India bagian Selatan
    Persia
    Teluk Persia
    Arab
    Laut Merah, ke utara hingga Mesir
    Afrika, ke selatan hingga Selat Mozambik

    Karena beragama Islam, para temannya mengetahui bahwa Cheng Ho sangat ingin melakukan Haji ke Mekkah seperti yang telah dilakukan oleh almarhum ayahnya, tetapi para arkeolog dan para ahli sejarah belum mempunyai bukti kuat mengenai hal ini. Cheng Ho melakukan ekspedisi paling sedikit tujuh kali dengan menggunakan

    Armada ini terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307 (armada) kapal laut. Terdiri dari kapal besar dan kecil, dari kapal bertiang layar tiga hingga bertiang layar sembilan buah. Kapal terbesar mempunyai panjang sekitar 400 feet atau 120 meter dan lebar 160 feet atau 50 meter. Rangka layar kapal terdiri dari bambu Tiongkok. Selama berlayar mereka membawa perbekalan yang beragam termasuk binatang seperti sapi, ayam dan kambing yang kemudian dapat disembelih untuk para anak buah kapal selama di perjalanan. Selain itu, juga membawa begitu banyak bambu Tiongkok sebagai suku cadang rangka tiang kapal berikut juga tidak ketinggalan membawa kain Sutera untuk dijual.

    Dalam ekspedisi ini, Cheng Ho membawa balik berbagai penghargaan dan utusan lebih dari 30 kerajaan - termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lanka, yang datang ke Tiongkok untuk meminta maaf kepada kaisar Tiongkok. Pada saat pulang Cheng Ho membawa banyak barang-barang berharga diantaranya kulit dan getah pohon Kemenyan, batu permata (ruby, emerald dan lain-lain) bahkan beberapa orang Afrika, India dan Arab sebagai bukti perjalanannya. Selain itu juga membawa pulang beberapa binatang asli Afrika termasuk sepasang jerapah sebagai hadiah dari salah satu Raja Afrika, tetapi sayangnya satu jerapah mati dalam perjalanan pulang.

    Majalah Life menempatkan Cheng Ho sebagai nomor 14 orang terpenting dalam milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.

    Cheng Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Juga memiliki kapal kayu terbesar dan terbanyak sepanjang masa hingga saat ini. Selain itu beliau adalah pemimpin yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armada yang begitu banyaknya beliau dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah dimanapun tempat para armadanya merapat.

    Semasa di India termasuk ke Kalkuta, para anak buah juga membawa seni beladiri lokal yang bernama Kallary Payatt yang mana setelah dikembangkan di negeri Tiongkok menjadi seni beladiri Kungfu.

    Sebagai orang Hui (etnis di Cina yang identik dengan Muslim) Cheng Ho sudah memeluk agama Islam sejak lahir. Kakeknya seorang haji. Ayahnya, Ma Hazhi, juga sudah menunaikan rukun Islam kelima itu. Menurut Hembing Wijayakusuma, nama hazhi dalam bahasa Mandarin memang mengacu pada kata 'haji'.

    Bulan Ramadhan adalah masa yang sangat ditunggu-tunggu Cheng Ho. Pada tanggal 7 Desember 1411 sesudah pelayarannya yang ke-3, pejabat di istana Beijing ini menyempatkan mudik ke kampungnya, Kunyang, untuk berziarah ke makam sang ayah. Ketika Ramadhan tiba, Cheng Ho memilih berpuasa di kampungnya yang senantiasa semarak. Dia tenggelam dalam kegiatan keagamaan sampai Idul Fitri tiba.

    Setiap kali berlayar, banyak awak kapal beragama Islam yang turut serta. Sebelum melaut, mereka melaksanakan shalat jamaah. Beberapa tokoh Muslim yang pernah ikut adalah Ma Huan, Guo Chongli, Fei Xin, Hassan, Sha'ban, dan Pu Heri. "Kapal-kapalnya diisi dengan prajurit yang kebanyakan terdiri atas orang Islam," tulis HAMKA.

    Ma Huan dan Guo Chongli yang fasih berbahasa Arab dan Persia, bertugas sebagai penerjemah. Sedangkan Hassan yang juga pimpinan Masjid Tang Shi di Xian (Provinsi Shan Xi), berperan mempererat hubungan diplomasi Tiongkok dengan negeri-negeri Islam. Hassan juga bertugas memimpin kegiatan-kegiatan keagamaan dalam rombongan ekspedisi, misalnya dalam melaksanakan penguburan jenazah di laut atau memimpin shalat hajat ketika armadanya diserang badai.

    Kemakmuran masjid juga tak pernah dilupakan Cheng Ho. Tahun 1413 dia merenovasi Masjid Qinging (timur laut Kabupaten Xian). Tahun 1430 memugar Masjid San San di Nanjing yang rusak karena terbakar. Pemugaran masjid mendapat bantuan langsung dari kaisar.

    Beberapa sejarawan meyakini bahwa petualang sejati ini sudah menunaikan ibadah haji. Memang tak ada catatan sejarah yang membuktikan itu, tapi pelaksanaan haji kemungkinan dilakukan saat ekspedisi terakhir (1431-1433). Saat itu rombongannya memang singgah di Jeddah.

    Selama hidupnya Cheng Ho memang sering mengutarakan hasrat untuk pergi haji sebagaimana kakek dan ayahnya. Obsesi ini bahkan terbawa sampai menjelang ajalnya. Sampai-sampai ia mengutus Ma Huan pergi ke Mekah agar melukiskan Ka'bah untuknya. Muslim pemberani ini meninggal pada tahun 1433 di Calicut (India), dalam pelayaran terakhirnya.

    Cheng Ho dan Indonesia
    Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh.

    Tahun 1415, Cheng Ho berlabuh di Muara Jati (Cirebon), dan menghadiahi beberapa cindera mata khas Tiongkok kepada Sultan Cirebon. Salah satu peninggalannya, sebuah piring yang bertuliskan ayat Kursi masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.

    Pernah dalam perjalanannya melalui Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Wang akhirnya turun di pantai Simongan, Semarang, dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya antara lain Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.

    Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan raja Wikramawardhana.

    Menurut buku SELAYANG PANDANG SEJARAH MADURA yang dibuat oleh DR Abdurrahman, DEMPO AWANG tewas dalam pertempuran dengan Pangeran JOKOTOLE / Pangeran Secodiningrat III / Pangeran Setyodiningrat III dari Kerajaan Sumenep.

    Dempo Awang beserta perahunya hancur luluh ketanah tepat di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan), Bangkalan. Sementara Piring Dampo Awang jatuh di Ujung Piring yang sekarang menjadi nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan. Sedangkan jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah

    Sumber: kolom-biografi.blogspot.com dan Wikipedia Indonesia
    ----------------------------------------
    Disadur dari FB KSI -Indonesia

    30 Jan 2014

    RNPP Salatiga

    By: rnppsalatiga On: Kamis, Januari 30, 2014
  • Berbagi
  • Nama             : RNPP Salatiga (Remaja Nanggulan Peduli Pendidikan) Salatig
    Berdiri            : 16 Januari 2006
    Alamat           : Komp. Masjid Al-Huda Nanggulan. Jl. Nanggulan no. 21 RT 05 RW 09 Nanggulan.
                             Kel. Kutowinangun, Kec. Tingkir, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah 50742
    E_mail            : rnpp.salatiga@gmail.com
    Sosmed          : Facebook       : RnppSalatiga
                              Twitter          : @RNPPSalatiga
                              Website         : rnpp-salatiga.blogspot.com

    Kesulitan

    By: rnppsalatiga On: Kamis, Januari 30, 2014
  • Berbagi
  • Kesulitan ? Pasti kita akan mengalaminya. Akan tetapi kesulitan bukanlah suatu halangan bagi kita untuk mengeluh. Maka sesungguhnya bersungguh-sungguh berusaha dan sabar di dalamnyalah kunci untuk menghadapinya

    Penghargaan

    By: rnppsalatiga On: Kamis, Januari 30, 2014
  • Berbagi
  • Penghargaan diberikan karena usaha yang tanpa pamrih. Maka tidak sepantasnya apabila kita mencela hanya dikarenakan melakukan satu kesalahan lalu seluruh kesalahan ditimpakan. lalu siapakah kita?. Kita menginginkan segala sesuatunya begitu sempurna. Tak ada gading yang tak bisa retak itu kata pepatah. Maka tak ada makhlq hidup yang sempurna. Allah Ta'ala menciptakan kekurangan kepada makhluqnya supaya diantara kita mau untuk saling melengkapi, berbagi dan menasehati. 

    Muhamad Irawan

    By: rnppsalatiga On: Kamis, Januari 30, 2014
  • Berbagi
  • Dia bernama Muhamad Irawan, nama yang diambil dari bahasa Arab dan Jawa (Tokoh Pewayangan). Kesehariannya bekerja di Korkar (Koperasi Karyawan) Jitu Telkom Salatiga. Beristrikan satu orang, yang bernama Tri Haryanti. Dan mempunyai satu orang putri bernama Aulia Permata. Pengalaman organisasinya adalah pernah menjadi seksi  (lupa) di SMAN 3 Salatiga. 
    Menjadi Ketua Remaja Masjid Al-Huda Nanggulan terlama (sampai sekarang belum ada yang mau mengganti). Dan juga, menjadi penggagas berdirinya RNPP Salatiga (menjadi ketua sejak tahun 2006-hingga sekarang). 

    Nomor kontak (0298) 7161345 dan 0813 2620 4935.

    19 Jan 2014

    Terima Kasih Sahabat

    By: rnppsalatiga On: Minggu, Januari 19, 2014
  • Berbagi
  • Tak terasa telah tujuh tahun sudah waktu berlalu. Dan dalam kurun itu banyak sekali kejadian yang terekam. Waktu yang apabila diibaratkan dengan dengan anak sekolah, kami baru kelas satu SD. Baru mengenal bagaimana cara membaca dan menulis huruf. Dan baru mengenal dunia luar, begitu banyak sahabat baru yang di dapat. Dan sangat banyak pengalaman yang di dapat dengan aneka rupa. 
    Rasanya kebahagiaan itu ibarat anak kalas satu SD yang berhasil mendapat pujian gurunya, " Waah kamu sudah pintar menulis ya..!". Hati ini begitu berbunga-bunga, dan dalam perjalanan pulang terasa riang. Seakan-akan ingin berkata, "Ibu, tadi ibu guru berkata kalau aku sudah menulis dengan benar". Ah, satu rasa kebahagiaan yang begitu luar biasa. 
    Kami menyadari kegiatan yang diadakan memang tidak segebyar yang kami lihat yang ada pada teman-teman. Rasanya ingin sekali berbuat seperti itu, tapi apa daya, kemampuan kami hanyalah seperti ini. Tapi kami akan selalu melangkah untuk memperbaiki diri. Memperbaiki mana yang salah, menambal mana yang kurang. 
    Terima kasih Mas Haris, Tatag, Adhi J-Dhek, Luluk, Dhian, Mas Rizal, Bu Tirta, Mas Guntoro, Mbak, Ita, Mbak Lucia, Fara Mustofa, Mas Ardi dan teman-teman yang begitu banyaknya. Yang selama ini telah mendukung kami. 
    Kami Berjanji Bahwa RNPP Salatiga adalah Penyejuk Hati Menebar Peduli.

    10 Jan 2014

    Koleksi Buku Terbaru Desember 2013

    By: rnppsalatiga On: Jumat, Januari 10, 2014
  • Berbagi