Sebagai bentuk
kesempurnaan seorang muslim, kita harus mengenal sejarah kehidupan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mempelajari kehidupan beliau sebelum diangkat
menjadi nabi dan sesudahnya. Mempelajari ciri-ciri khalqiyyah (fisik) sekaligus
khuluqiyyah (akhlak) beliau. Membaca dan memahami petunjuk hidup yang beliau
wariskan dengan keyakinan kuat bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk hidup
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk kemudian diamalkan tentunya.
Karena sejarah hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam penuh dengan
hikmah, ibrah, serta pelajaran-pelajaran penting bagi hamba yang hendak meraih
kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
Di antara peristiwa penting
yang terjadi di dalam sejarah kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah pengucapan bai’at, yakni janji setia yang diucapkan oleh sahabat,
sebagai manusia-manusia pilihan di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, untuk melaksanakan sesuatu atau meninggalkan satu hal. Janji-janji
kebaikan yang diucapkan oleh generasi terbaik di hadapan manusia terbaik di
dunia. Janji-janji itu tidak hanya berlaku dan diamalkan oleh para sahabat
saja. Tetapi janji-janji itu pun harus diamalkan oleh setiap muslim yang ingin
mengikuti jejak generasi terbaik umat ini.
Sejarah telah mencatat
sekian banyak janji setia setiap muslim dengan para sahabat sebagai barisan
yang terdepan. Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu meriwayatkan hadits Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhuma tentang bai’at untuk selalu bersikap sabar. Al-Bukhari
juga meriwayatkan hadits Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anha tentang janji setia
setiap muslim untuk tidak mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak
meratapi kematian seseorang. Al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah meriwayatkan
hadits Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu tentang janji setia setiap
muslim untuk senantiasa bersikap taat dan mendengar terhadap penguasa dalam
keadaan apapun. Ada juga hadits Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu yang
menyebutkan:
Aku mengucapkan bai’at
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama beberapa sahabat yang
lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku membai’at kalian
untuk tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak
akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan
berbuat dusta yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian serta tidak
akan mendurhakai diriku dalam urusan yang baik. Maka barangsiapa memenuhi
janji-janji ini niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi pahala untuknya.
Dan barangsiapa yang melanggar janji-janji ini kemudian Allah Subhanahu wa
Ta’ala menghukumnya di dunia maka hukuman itu adalah kaffarah dan pembersih dirinya.
Barangsiapa yang pelanggarannya ditutupi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala maka
urusannya kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, jika Allah Subhanahu wa
Ta’ala menghendaki ia akan diazab dan jika Allah Subhanahu wa Ta’ala
menghendaki ia akan diampuni.”
Seluruh bai’at yang
telah diucapkan sahabat di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak hanya berlaku bagi mereka saja. Bai’at-bai’at tersebut sekaligus warisan
yang harus diteguhkan dan diwujudkan oleh setiap muslim yang hidup setelah mereka
sebagai janji setia. Janji setia yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan
Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena janji setia kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah bentuk janji setia kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Bahwasanya
orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia
kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang
melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya
sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan
memberinya pahala yang besar.” (Al-Fath:10)
0 komentar:
Posting Komentar