3 Mar 2014

Stupa Borobudur Difungsikan sebagai Penanda Waktu

By: rnppsalatiga On: Senin, Maret 03, 2014
  • Berbagi


  • Bagaimana Borobudur, candi Buddha terbesar di dunia itu, memiliki jejak astronomis?

    Kemegahan Candi Borobudur tidak hanya menunjukkan kemampuan rancang bangun nenek moyang bangsa Indonesia yang mengagumkan. Penempatan stupa terawang maupun relief di dinding Borobudur ternyata menunjukkan penguasaan mereka terhadap ilmu perbintangan alias astronomi.
    Kita dapat menilik aspek astronomi Borobudur misalnya melalui penelitian yang dilakukan Tim Arkeoastronomi Borobudur, Institut Teknologi Bandung.
    Penelitian tersebut menunjukkan, stupa utama pada candi Buddha terbesar di dunia itu berfungsi sebagai gnomon (alat penanda waktu) yang memanfaatkan bayangan sinar Matahari. Stupa utama yang merupakan stupa terbesar terletak di pusat candi di tingkat 10 (tertinggi).
    Stupa utama dikelilingi 72 stupa terawang yang membentuk lintasan lingkaran di tingkat 7, 8, dan 9. Bentuk dasar ketiga tingkat itu plus tingkat 10 adalah lingkaran, bukan persegi empat sama sisi seperti bentuk dasar pada tingkat 1 hingga tingkat 6.
    Jumlah stupa terawang pada tingkat 7, 8 dan 9 secara berurutan adalah 32 stupa, 24 stupa, dan 16 stupa. Jarak antarstupa diketahui tidak persis sama. Pengaturan jumlah dan jarak antarstupa diduga memiliki tujuan atau makna tertentu.
    Menurut Ketua Tim Arkeoastronomi ITB Irma Indriana Hariawang, jatuhnya bayangan stupa utama pada puncak stupa terawang tertentu pada tingkatan tertentu menunjukkan awal musim atau mangsa tertentu sesuai Pránatamangsa (sistem perhitungan musim Jawa.
    Sebelum korelasi antara bayangan stupa utama dan stupa terawang diketahui, tim terlebih dahulu menentukan bayangan lurus stupa utama saat Matahari berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu Matahari terbit tepat di titik timur garis dan terbenam tepat di titik barat garis.
    Hasil ini menunjukkan posisi Borobudur sesuai arah mata angin. Arah utara-selatan menunjuk posisi kutub utara Bumi dan kutub selatan Bumi, bukan utara-selatan kutub magnet Bumi. Posisi itu ditentukan tanpa bantuan alat penentu posisi global (GPS).
    Dosen Astronomi ITB yang juga anggota Tim Arkeoastronomi Borobudur ITB, Ferry M Simatupang, mengatakan, sekitar tahun 800 M, saat Borobudur dibangun, nenek moyang bangsa Indonesia mampu menentukan arah utara-selatan benar menggunakan bayangan Matahari.
    Cara paling sederhana menentukan arah utara-selatan benar adalah menandai bayang-bayang gnomon pada lingkaran simetris. Jika bayang-bayang gnomon pada dua sisi lingkaran yang berseberangan dihubungkan, menunjukkan arah timur-barat benar. Garis yang tegak lurus dengan garis timur-barat benar adalah garis utara-selatan benar.
    “Fakta bayangan stupa utama Borobudur sebagai penanda awal musim dalam Pránatamangsa baru temuan awal, masih banyak penelitian lanjutan yang harus dilakukan,” katanya.
    Menurut Simatupang, tim meneliti hubungan bayangan stupa utama dengan stupa terawang dalam tiga dimensi. Hasil ini menajamkan garis awal musim yang sudah diperoleh dari citra dua dimensi. 
    Penelitian yang dimuat dalam prosiding 7th International Conference on Oriental Astronomy di Tokyo, Jepang, pada September 2010 ini juga berencana melihat apakah posisi stupa atau bayangan stupa memiliki hubungan dengan prediksi gerhana Matahari atau gerhana Bulan. Konfigurasi situs megalitik umumnya memiliki kaitan dengan penentuan waktu, baik kalender maupun prediksi gerhana.
    Namun, penelitian ini tidak mudah. Penelitian arkaeoastronomi masih baru di Indonesia. Aspek astronomis dalam candi Buddha juga sangat jarang ditemukan. Ahli dan literatur yang ada pun terbatas. Kerja sama antara astronom dan arkeolog perlu dilakukan untuk lebih memperlancar penelitian.

    Pengetahuan astronomi
    Sejumlah relief di Candi Borobudur juga menunjukkan kemampuan nenek moyang bangsa Indonesia dalam penguasaan ilmu perbintangan. Hal itu, menurut Irma, salah satunya ditunjukkan dengan gambar perahu-perahu pelaut berbagai ukuran di dinding candi.
    borobudur,relief,indonesiaSelamat dari Ancaman Monster Laut. Salah satu panil relief Jataka di Borobudur menunjukkan para penumpang kapal yang diselamatkan oleh penyu laut jelmaan Bodhisattwa. Jataka merupakan kisah peristiwa dan perbuatan Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. (Mahandis Y.Thamrin)
    Gambar perahu itu menunjukkan mereka adalah bangsa pelaut. Untuk mampu mengarungi lautan, dibutuhkan kemampuan navigasi yang panduan utamanya bintang-bintang di langit.
    Salah satu bintang yang menjadi penunjuk arah adalah Bintang Polaris, yaitu bintang yang terletak tepat di atas kutub utara Bumi hingga disebut sebagai Bintang Utara.
    Polaris menjadi acuan arah utara bangsa-bangsa di belahan Bumi utara. Nama bintang ini banyak disebut dalam sejumlah manuskrip umat Buddha.
    Sebelum tahun 800, Polaris dapat dilihat dari Nusantara di sekitar Borobudur. Bintang terang ini mudah diamati karena hanya bergerak di sekitar ufuk langit. Namun, sejak tahun 800 hingga kini, posisi Polaris semakin di bawah horison akibat gerak presesi (gerak Bumi pada sumbunya sambil beredar mengelilingi Matahari), sehingga Bintang Utara tidak mungkin lagi dilihat dari Nusantara.
    Karena Polaris tak bisa diamati, pelaut mencari bintang penanda utara lain, yaitu rasi Ursa Mayor (Beruang Besar). Jika dua bintang paling terang dalam rasi ini, yaitu Dubhe dan Merak, ditarik garis lurus, akan mengarah ke Polaris. Hal ini membuat Ursa Mayor menjadi penanda arah utara lain.
    Pentingnya rasi Ursa Mayor bagi masyarakat saat itu ditunjukkan oleh gambar relief bulatan-bulatan kecil pada tingkat ke-4 Borobudur di sisi utara. Tujuh bulatan kecil itu diapit oleh lingkaran besar yang diduga Matahari dan bulan sabit yang dipastikan simbol bulan.
    Dari Bumi, Ursa Mayor terlihat sebagai tujuh bintang terang. Nama Dubhe dan Merak berasal dari bahasa Arab. Dubhe dari frasa thahr al dubb al akbar (punggung beruang besar), sedangkan Merak dari kata al marakk yang artinya pinggang— karena posisi di pinggang beruang.
    Irma menambahkan, selain Ursa Mayor, tujuh bulatan itu diduga sebagai Pleiades (Tujuh Bidadari). Masyarakat Jawa mengenal kluster bintang terbuka ini sebagai Lintang Kartika. Nama ini berasal dari bahasa Sansekerta krttikã yang menunjuk kluster bintang yang sama.
    Kluster (kumpulan) bintang ini populer di Jawa karena kemunculannya menjadi penanda dimulainya waktu tanam.
    Dugaan tujuh bulatan itu adalah Pleiades muncul karena hampir semua bangsa memiliki kesan mendalam dengan kluster bintang ini. Bangsa Jepang menyebutnya sebagai Subaru, sedangkan masyarakat Timur Tengah menamainya Thuraya.
    Namun, jika diamati dari Borobudur, posisi Tujuh Bidadari ini di dekat arah timur benar saat terbit dan di dekat arah barat benar saat terbenam. Posisi kluster ini tidak cocok dengan letak tujuh bulatan di dinding utara Borobudur.
    (Sumber: KOMPAS/M Zaid Wahyudi)

    16 Feb 2014

    Kisah Heroik Usman dan Harun

    By: rnppsalatiga On: Minggu, Februari 16, 2014
  • Berbagi
  • Tentara Nasional Indonesia menyematkan nama Usman dan Harun pada KRI baru mereka yang dibeli dari Inggris. Nama itu ditetapkan lewat diskusi panjang dan disahkan 12 Desember 2012.
    Usman bin H Ali Hasan dan Harun bin Said bukan orang sembarangan. Keduanya anggota Korps Komando Operasi (kini disebut Marinir) berpangkat Sersan Dua dan Kopral yang menjalankan misi rahasia, menyusup ke Singapura, meledakkan bom di jantung negeri itu. Saat itu Indonesia tengah terlibat konfrontasi dengan Malaysia, dan Singapura masih menjadi bagian negeri jiran.

    Usman dan Harun yang kemudian dihukum mati menjadi pahlawan bagi Indonesia. Namun bagi negeri Singa, keduanya tidak lebih dari teroris. Begitu mendengar keduanya akan dijadikan nama salah satu dari tiga kapal fregat Indonesia, Singapura langsung meradang. Lewat jalur resmi, Kementerian Luar Negeri Singapura melayangkan protes kepada Menlu Marty Natalegawa. Pemberian nama itu membuka kembali kenangan pahit di masa lampau.

    Singapura meminta Indonesia mempertimbangkan kembali keputusannya menggunakan nama Usman-Harun untuk kapal sepanjang 90 meter yang dijadwalkan tiba di perairan Indonesia pada Juni 2014 nanti.

    Usman, kelahiran Dukuh Tawangsari, Desa Jatisaba, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, masih berumur 22 tahun, saat aksi heroiknya meledakkan bom di kandang musuh terjadi. Bahkan Harun yang lahir di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur baru menginjak usia 18 tahun ketika itu.

    Harun baru tiga bulan menjadi anggota KKO ketika Presiden RI pertama, Soekarno, menggelorakan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) pada 3 Mei 1964. Dwikora digaungkan menyusul pemutusan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia pada 17 September 1963 setelah sehari sebelumnya Inggris membentuk negara federasi Malaysia yang terdiri dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei dan Sabah. Soekarno menganggap ini sebagai bentuk neokolonialisme dan dikhawatirkan mengganggu jalannya revolusi Indonesia.

    Bersama Usman dan Gani bin Arup, 10 Maret 1965 Harun mendapat tugas menyusup ke jantung Singapura yang hanya terpisah Selat Malaka. Mereka berhasil menembus pertahanan negeri itu. Target mereka adalah MacDonald House di Jalan Orchad Road. Gedung berlantai 10 ini merupakan kantor Hongkong and Shanghai Bank. Saat itu, hujan turun sangat deras dengan petir yang sambar menyambar. Mereka lalu meletakkan bom di dekat lift.

    Tujuh menit setelah layanan bank tutup, tepatnya pukul 15.07 waktu setempat, bom meledak, merobek pintu lift, dan menghancurkan salah satu dinding di gedung itu. Reruntuhan tembok menimpa 150 karyawan bank yang sedang menyelasaikan tugasnya. Meja, kursi dan mesin ketik terpental hingga ke jalan. Harian Singapura, The Strait Times melaporkan, tiga orang meninggal dunia dan 33 lainnya terluka. Puluhan mobil rusak berat. Kaca-kaca jendela gedung sepanjang Orchad Road dengan radius 100 meter hancur. Sebagian karyawan yang selamat awalnya penduga ledakan bom dan kilatan yang menyilaukan mata itu petir yang menghujam gedung.

    Usman dan Harun berhasil melarikan diri. Negeri Singa pun gempar.  Pasukan khusus kemudian disebar untuk mencari otak peledakan. Pasukan khusus Australia ikut membantu. Usman dan Harun tertangkap saat boat yang dikemudikannya kehabisan bahan bakar.
    Pengadilan Singapura yang menyidangkan kasus ini kemudian menjatuhkan hukuman mati untuk keduanya. Hukuman itu dilaksanakan tiga tahun setelah peristiwa peledakan bom di  penjara Changi pada 17 Oktober 1968. Harun berusia 21 tahun saat tali yang menjulur dari tiang gantungan melingkar di lehernya, dan Usman berumur 25 tahun. Sebelum eksekusi dilaksanakan, permintaan mereka: dimandikan di tanah air dengan air Indonesia.

    Atas jasa-jasanya kepada negara, Harun dan Usman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968. SK ini dikeluarkan bersamaan dengan pelaksanaan hukuman mati tersebut. Keduanya  lalu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.


    15 Feb 2014

    Apa Perbedaan Trigliserida dan Kolesterol?

    By: rnppsalatiga On: Sabtu, Februari 15, 2014
  • Berbagi



  • Trigliserida dan kolesterol merupakan jenis-jenis lemak dasar yang terdapat dalam tubuh manusia dan bersikulasi dalam aliran darah.
    Walaupun keduanya sama-sama jenis lemak dasar dan memiliki kemiripan, tetapi ada beberapa perbedaan di antara keduanya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
    Kolesterol
    Trigliserida
    Kolesterol akan disimpan dalam jaringan hati atau dinding pembuluh darah.
    Trigliserida akan disimpan dalam sel lemak di bawah jaringan kulit.
    Kolesterol berfungsi membangun sel-sel dan hormon-hormon tertentu dalam tubuh.
    Fungsi trigliserida adalah menghasilkan energi bagi tubuh.
    Selain asupan makanan dengan lemak jenuh tinggi, beberapa penyebab tingginya trigliserida adalah kegemukan, kurang bergerak, dan konsumsi makanan yang kaya karbohidrat sederhana (gula, tepung).
    Pada beberapa kasus, lonjakan trigliserida juga terkait dengan penyakit diabetes, penyakit ginjal atau hati, serta faktor keturunan dalam keluarga.

    Faktor genetik paling sulit diatasi karena reseptor di dalam sel-sel hati yang bertugas untuk mengubah trigliserida yang berlebih untuk menjadi kolesterol telah mengalami cacat bawaan.
    Meskipun begitu, konsumsi makanan yang sehat, ditambah aktivitas fisik yang teratur bisa menurunkan kadar trigliserida yang berbonus pada naiknya jumlah kolesterol baik (HDL).
    Diet untuk penderita hipertrigliseridemia (trigliserida berlebih) adalah dengan membatasi asupan makanan yang tinggi lemak jenuh dan mengurangi karbohidrat sederhana seperti gula dan tepung.
    Bagi mereka yang kegemukan, penurunan berat badan biasanya efektif dalam menurunkan kadar trigliserida.
     
    Disadur dari Deherba.com