6 Sep 2012

MENJADI JOMBLO KARENA ALLAH (MANG BISA???)

By: rnppsalatiga On: Kamis, September 06, 2012
  • Berbagi
  • Oleh :  Salim Ibnu Abdul Choliq
    di Grup Facebook : Remaja Muslim 

    “Hari genee gak punya pacar? Ke laut aja Lo...., gak gaul sih, kuno, ekstrem,jadul”
    Yap, kalimat di atas mungkin dah gak asing terdengar di telinga kita para ikhwan dan akhwat terutama yang menginjak masa remaja dan yang masih muda dan belum menikah (termasuk ana..hehehe) yang Insya Allah berusaha tetap istiqomah menjalani syari’at untuk tidak “pacaran”, karena dalam Islam, hubungan lawan jenis yang bukan mahram sudah di atur dengan yang namanya “PERNIKAHAN”.
    So.. gak ada yang namanya pacaran Islami, Tunangan Islami, apalagi modus baru “Pacaran berkedok ta’aruf”. Eits..tenang akhi wa ukhti..laa taghdob, simak penjelasannya dulu ya, baru bisa ambil kesimpulan..Monggo disimak ya
    Virus cinta, bisa lebih dahsyat daripada virus penyakit lho. Apalagi ketika aktivis dakwah pun diserangnya, berobat ke dokter manapun gak ada yang mempan. Ada yang mendiagnosa terjangkitnya sering melalui sms ria kepada lawan jenis yang kelewat ‘hot’, keseringan ketemu, keseringan berkoordinasi di organisasi, ataupun bisa juga karena terlalu ‘BeTe’ karena kelamaan nunggu jodoh yang gak dateng-dateng juga. Di usia kita yang masih muda (buat yang ngeras muda aja ya), virus ini sering nabrak-nabrak dinding hati. Kalau tidak kuat pertahanan iman kita bisa jebol. Padahal cinta setelah nikah lah yang lebih menenangkan, lebih murni dan sesuai syari’at Islam ini..Trus gimana cara ngebendung virus ini ya?
    • Pilih salah satu!! Nikah atau Banyak puasa? 

    Memang apa hubungannya? Buat yang masih jomblo (belum nikah maksudnya) jelas sangat berhubungan. Menikah bisa jadi solusi agar terhindar dari aktivitas yang tidak halal (deg-degan, pegang-pegangan, sayang-sayangan, berdua-duaan). Loh akhi masa cuma pegangan tangan cewek aja gak boleh? Ni ana sampaikan dalilnya yah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Seseorang ditusuk kepalanya dengan besi panas lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal (bukan mahram) baginya.” (HR. At-Thabrani & Baihaqi)
    Kalau belum bisa nikah karena banyak kendala, puasa bisa sangat mengurangi keinginan untuk mengeksplor perasaan yang tidak bisa dikendalikan. Seperti dalam hadits: “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu, menikahlah! Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan mata & memelihara kemaluan. Dan barang siapa belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak hawa nafsu.” (HR.Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah,dan Tirmidzi)
    • Pacaran adalah Saudaranya Zina!!

    Tidak satupun ayat atau hadits yang menyinggung soal bolehnya pacaran. Bahkan Allah bukan saja menyuruh kita untuk tidak berzina, tapi malah deketin zina aja tidak boleh. Ah Masa sih? Mana dalilny? Ni disimak ya firman Allah Azza wa Jalla:
    وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً .

    Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS.Al Israa: 32)

    Padahal pacaran jelas sekali menjurus ke perzinaan, buktinya banyak yang hamil duluan. Solusinya cari kegiatan yang lebih sehat yang membuat perasaan kita tidak mudah diombang-ambing. Kalau sibuk kegiatan positif, insya Allah pikiran gak ngelantur kemana-mana.

    Hindari “mojok” di tempat yang rame, apalagi yang sepi gak boleh, Mojok disini bukan hanya duduk berduaan loh! Jalan-jalan berdua, sering telepon dan smsan membicarakan hal yang gak penting ataupun bikin PR berduaan dengan lawan jenis bisa masuk kategori mojok.Hati-hati Rasulullah pernah bersabda, “Janganlah dari kalian wahai kaum laki-laki berkhalwat (berduaan) dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya.” ( HR.Bukhari & Muslim)
    • Wahai Wanita, tutup aurat dong!

    Membantu lawan jenis agar tidak kotor hati dengan tidak berpenampilan “mengundang”/ merangsang, bisa dapat 2 pahala. Pahala menjalankan perintah menutup aurat, dan pahala membantu orang lain. Buat yang cewek nggak mungkin bisa menjaga hati jika sang lelaki tergoda padamu. Allah mewanti-wanti:
    يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

    Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al Ahzab: 59)
    • Wahai Pria, jangan jelalatan deh ah!

    Tidak semua wanita bisa dihimbau untuk menutup aurat, apalagi yang Non-Muslim. Jadi buat yang cowok nih yang harus bisa tahan napas dan mata. Ingat sabda Rasulullah:
    “Hendaklah kita sebenar-benarnya memejamkan mata dan memelihara kemaluan, atau benar-benar Allah akan menutup rapat matamu.” (HR.At-Thabrani)
    • Jodoh kita sudah pasti ada

    Jangan cemas kalau nggak punya pacar. Sudah terbukti 100% bahwa pacaran tidak menjamin kita menemukan jodoh. Berbahagialah kamu yang menjomblo ikhlas karena Allah. Percayalah jodoh, rezeki, hidup, dan ajal sudah diatur Allah. Yang harus diingat adalah
    “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS.An Nuur: 26)
    So, kalau mau dapat jodoh yang baik, tentu kita harus perbaiki diri sendiri dulu.
    • Banyak minta sama Allah

    Kalau masih gak kuasa untuk membendung rasa cintamu pada lawan jenis, perbanyaklah berdoa, terutama di saat-saat mustajab. “Ya Allah, aku berlindung padamu dari ilmu yang tak berguna, dari hati yang tak pernah tenang, dari doa yang tidak didengar, dan dari nafsu yang tidak pernah kenyang” (HR. An Nasa’i) Insya Allah, Dia tahu yang terbaik dalam menjawab doamu.

    Selamat berjihad melawan hawa nafsu

    Bekasi, 14-12-11

    6 Hal Penting Tentang Hamil di Luar Nikah

    By: rnppsalatiga On: Kamis, September 06, 2012
  • Berbagi
  • Zina adalah perbuatan yang terlarang dalam semua agama samawi. Karena hinanya dosa zina, Islam mengharamkan segala sebab yang bisa mengantarkan pada perbuatan zina. Salah satunya adalah pacaran. Penyakit akut yang telah menimpa remaja muslim saat ini. Wajar saja, jika saat ini banyak gadis SMA dan mahasiswi yang tidak perawan. Allahul musta’an

    Diluar pembahasan dosa zina, ada beberapa hal perlu diperhatikan terkait hamil di luar nikah:

    Pertama, Janin Hasil Zina Tidak Boleh Digugurkan
    Bagaimanapun proses janin ini muncul, dia sama sekali tidak menanggung dosa orang tuanya. Baik dari hasil zina maupun pemerkosaan. Karena itu, mengganggu janin ini, apalagi menggugurkannya adalah sebuah kezaliman dan kejahatan. Allah berfirman,
    وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ – بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ
    Dan apabila anak-anak yang dibunuh itu ditanya, dengan sebab dosa apakah dia dibunuh?” (QS. At-Takwir: 8 – 9)
    Bisakah Anda bayangkan, jawaban apa yang akan Anda sampaikan di hadapan Allah, ketika ditanya apa alasanmu membunuh anakmu?
    Kedua, anak hasil zina dinisbahkan kepada ibunya dan Tidak Boleh Kepada Bapaknya
    Alasannya karena bapak biologis bukanlah bapaknya. Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abdullah bin Amr bin Ash, beliau mengatakan,
    قَضَى النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ مَنْ كَانَ مِنْ أَمَةٍ لَمْ يَمْلِكْهَا ، أَوْ مِنْ حُرَّةٍ عَاهَرَ بِهَا فَإِنَّهُ لا يَلْحَقُ بِهِ وَلا يَرِثُ
    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keputusan bahwa anak dari hasil hubungan dengan budak yang tidak dia miliki, atau hasil zina dengan wanita merdeka TIDAK dinasabkan ke bapak biologisnya dan tidak mewarisinya… (HR. Ahmad, Abu Daud, dihasankan Al-Albani serta Syuaib Al-Arnauth).
    Dalil lainnya adalah hadis dari Aisyah radhiallahu’anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    الولد للفراش وللعاهر الحجر
    Anak itu menjadi hak pemilik firasy, dan bagi pezina dia mendapatkan kerugian.”
    Imam An-Nawawi mengatakan, “Ketika seorang wanita menikah dengan lelaki atau seorang budak wanita menjadi pasangan seorang lelaki, maka wanita tersebut menjadi firasy bagi si lelaki. Selanjutnya lelaki ini disebut “pemilik firays”. Selama sang wanita menjadi firasy lelaki maka setiap anak yang terlahir dari wanita tersebut adalah anaknya. Meskipun bisa jadi, ada anak yang tercipta dari hasil yang dilakukan istri selingkuh laki-laki lain. Sedangkan laki-laki selingkuhannya hanya mendapatkan kerugian, artinya tidak memiliki hak sedikitpun dengan anak hasil perbuatan zinanya dengan istri orang lain.” (Syarh Shahih Muslim, An-Nawawi, 10:37)
    Berdasarkan keterangan di atas, para ulama menyimpulkan bahwa anak hasil zina SAMA SEKALI bukan anak bapaknya. Karena itu, tidak boleh di-bin-kan ke bapaknya.
    Bagaimana jika di-bin-kan ke bapaknya?
    Hukumnya terlarang bahkan dosa besar. Ini berdasarkan hadis dari Sa’d, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
    من ادعى إلى غير أبيه وهو يعلم أنه غير أبيه فالجنة عليه حرام
    Siapa yang mengaku anak seseorang, sementara dia tahu bahwa itu bukan bapaknya maka surga haram untuknya.” (HR. Bukhari no. 6385)
    Karena bapak biologis bukan bapaknya maka haram hukumnya anak itu di-bin-kan ke bapaknya.
    Bagaimana dengan nasabnya?
    Karena anak ini tidak punya bapak, maka dia dinasabkan ke ibunya, misalnya: paijo bin fulanah. Sebagaimana Nabi Isa ‘alaihis salam di-bin-kan ke ibunya, Isa bin Maryam (dari sudut pandang penasaban).
    Ketiga, Wali Nikah
    Jika anak yang terlahir dari zina perempuan, maka anak ini tidak punya wali dari pihak keluarganya. Karena dia tidak memiliki bapak, sehingga tidak ada jalur keluarga dari pihak bapak. Sementara wali nikah hanya ada dari pihak keluarga bapak. Karena itu, wali nikah pindah ke hakim (KUA). Penjelasan selengkapnya tentang wali nikah telah dikupas di alamat: http://konsultasisyariah.com/urutan-wali-nikah
    Keempat, Laki-Laki yang Menzinai Hingga  Hamil, Tidak Boleh Menikahi Wanita Tersebut Sampai Melahirkan
    Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
    لَا توطأ حامل حتى تضع
    Wanita hamil tidak boleh diajak berhubungan sampai dia melahirkan.” (HR. Abu Daud, Ad-Darimi, dan disahihkan Al-Albani)
    Laki-laki yang berzina dengan wanita, bukanlah suaminya. Sementara pengecualian yang boleh melakukan hubungan badan dengan wanita hamil adalah suami. Sebagaimana yang pernah di jelaskan di: http://konsultasisyariah.com/menggauli-istri-yang-sedang-hamil. Karena konsekwensi nikah, yaitu halalnya hubungan badan, tidak ada. Oleh karena itu, nikah dalam kondisi demikian hukumnya tidak sah.
    Kemudian, dalil lain yang menunjukkan terlarangnya menikahi wanita hamil hasil zina adalah hadis dari Ruwaifi’bin Tsabit Al-Anshari radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    لاَ يَحِلُّ لاِمْرِئٍ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ يَسْقِىَ مَاءَهُ زَرْعَ غَيْرِهِ
    Tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, untuk mengairi tanaman orang lain.” (HR. Abu Daud, Ahmad dan dishahihkan Ibnu Katsir dan Al-Albani)
    Maksud hadis di atas adalah seorang laki-laki dilarang ‘mengairi’ (memasukkan air mani) ke rahim wanita, yang di dalamnya terdapat janin orang lain. Padahal, janin yang berada di rahim si wanita, sama sekali bukanlah tanaman lelaki yang menzinainya. Karena hasil hubungannya sama sekali tidak dianggap sebagai keturunannya.
    KelimaPernikahan Tidaklah Menghilangkan Dosa Zina
    Dosa zina tidak bisa hilang hanya dengan menikah. Jangan sampai Anda punya anggapan bahwa dengan menikah berarti pelaku zina telah mendapatkan ampunan. Dosa zina bisa hilang dengan taubat yang sungguh-sungguh. Seseorang akan tetap dianggap sebagai PEZINA selama dia belum bertaubat dari dosa zina.
    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    التائب من الذنب كمن لا ذنب له
    Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa.” (HR. Ibnu Majah, Baihaqi, dan dishahihkan Al-Albani)
    Untuk bisa disebut sebagai orang yang telah bertaubat, dia harus membuktikan bentuk penyesalannya dalam kehidupannya, di antaranya:
    1. Dia merasa sangat sedih dengan perbuatannya.
    2. Meninggalkan semua perbuatan yang menjadi pemicu zina, seperti melihat gambar atau film porno.
    3. Meninggalkan komunitas dan teman yang menggiring seseorang untuk kembali berzina. Seperti pergaulan bebas, teman yang tidak menjaga adab bergaul, suka menampakkan aurat, dst..
    4. Berusaha mencari komunitas yang baik, yang menjaga diri, dan hati-hati dalam pergaulan.
    5. Berusaha membekali diri dengan ilmu syar’i. Karena inilah yang akan membimbing manusia menuju jalan kebenaran.
    6. Berusaha meningkatkan amal ibadah, sebagai modal untuk terus bersabar dalam menahan maksiat.
    Keenam, Laki-Laki dan Wanita yang Berzina Tidak Boleh Menikah Sampai Bertaubat
    Allah mengharamkan laki-laki yang baik untuk menikah dengan wanita pezina, dan sebaliknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
    الزَّانِي لاَ يَنكِحُ إِلاَّ زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لاَ يَنكِحُهَا إِلاّ زَانٍ أَوْ مُشْرِكُ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى المؤْمِنِينَ
    “Lelaki pezina tidak boleh menikah, kecuali dengan wanita pezina atau wanita musyrik. Demikian pula wanitapezina tidak boleh menikah kecuali dengan lelaki pezina atau lelaki musyrik. Dan hal itu diharamkan bagi orang yang beriman.” (QS. An-Nur: 3)
    Selama pelaku zina itu belum bertaubat dengan sungguh-sungguh maka gelar pezina akan senantiasa melekat pada dirinya. Selama gelar ini ada, dia tidak diperkenankan menikah dengan pasangannya, sampai dia bertaubat.
    Allahu a’lam
    Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
    Artikel www.KonsultasiSyariah.com

    Mencari Cermin yang Pudar (bag. 1)

    By: rnppsalatiga On: Kamis, September 06, 2012
  • Berbagi

  • Manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan untuk bercermin kepada orang lain; meniru tingkah laku dan gerak-geriknya, mengikuti gaya hidupnya; mulai dari cara berpakaian, cara berdandan, potongan rambut, model rumah, kendaraan, bahkan kadang sampai cara tersenyum dan berbicaranya mengikuti gaya orang lain, yang dia anggap lebih baik dan lebih sempurna dari dirinya.

    Perkataan orang lain yang menjadi cerminnya adalah mutiara petuah dan permata nasihat bagi kehidupannya. Informasi perkembangan cerminnya senantiasa di up date, tidak pernah ketinggalan. Bahkan foto-foto dan gambar-gambar sang idola terpampang di dinding rumahnya atau di dinding FB dan BBnya.
    Dia akan marah bila ada yang bersuara sumbang tentang cerminnya, bahkan dia siap pasang badan bagi siapa saja yang menebarkan debu kotor padanya. Karena bagi dia, hanya orang itulah yang pantas untuk diikuti, seorang panutan dan suri tauladan..
    Namun sayangnya banyak yang bercermin pada cermin yang pudar bahkan berantakan, sehingga hidupnya menjadi berantakan walaupun godaan iblis dan bisikan nafsu menghiasi keberantakan dirinya.
    Ia merasa senang dan gembira dengan gaya hidupnya, padahal ia jauh dari standarisasi kebahagian yang hakiki.
    Dan cermin dalam kehidupan memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dalam mengarahkan alur hidup seorang hamba. Iblis dan bala tentaranya sangat mengetahui hal ini, sehingga mereka berusaha untuk menciptakan cermin-cermin pudar dan berantakan namun dihiasi beribu berlian yang gemerlapan, sehingga manusia silau dan berebut untuk bercermin kepadanya.
    Sebagai contoh adalah fenomena acara di televisi yang menceritakan kehidupan para artis atau yang mirip dengannya, di mana acara ini mengandung propaganda agar para pemirsa, dari mulai anak-anak, para remaja, muda-mudi bahkan yang tua pun untuk bercermin kepada mereka. Sehingga yang buruk dan dimurkai Ilahi bila datangnya dari para artis idola, akan dianggap biasa bahkan diikuti tanpa rasa malu, karena buat mereka itu indah dan sempurna.
    Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Allah Jalla Jalaluhu mengetahui dengan pasti apa yang dibutuhan makhluk ciptaannya, manusia butuh cermin, dan dia memang suka bercermin, maka agar manusia ini tidak bercermin kepada cermin yang pudar nun pecah dan berantakan, AllahJalla Jalaluhu menjelaskan dalam kalamnya kepada siapa manusia harus bercermin, karena Allah telah menciptakan cermin-cermin indah dan elok, di mana Allah Jalla Jalaluhu setelah menceritakan kisah-kisah para nabi sebelum nabi kita Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam, Allah berfirman kepada nabi Nya:
    أولَـئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ
    “Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka (QS. Al An’am:90).
    Subhanallah, merekalah yang pantas ditiru tingkah laku dan dicontoh gaya hidup, mereka adalah orang bahagia calon penghuni surga.
    Dan kisah-kisah indah lagi penuh makna yang disebutkan di dalam Alquran dan sunah bukanlah hanya sekedar untuk wawasan dan wacana belaka, namun lewat kisah-kisah itu, umat harus belajar, mengikuti petunjuk-petunjuk mereka, dan menjadikan mereka cermin dalam mengarungi samudera kehidupan.
    Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam adalah sosok cermin yang sangat elok, yang tak pudar dimakan zaman, bahkan Allah menekankan tentang hal ini di dalam Alquran
    لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
    Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21).
    Para sahabat telah benar-benar bercermin kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, kemudian para tabi’in tidak pernah meninggalkan cermin yang tak pernah pudar itu, sehingga mereka pun menjadi cermin-cermin elok bagi murid-murid mereka yang berlanjut sampai hari ini.
    Menyelami lautan kehidupan mereka akan menambah gereget keimanan, memompa semangat untuk beramal baik, apalagi di masa kini, masa krisis figur sehingga sulit mencari cermin yang elok, Abu Hanifah berkata:
    الحكايات عن العلماء ومحاسنهم أحب إلي من كثير من الفقه لأنها آداب القوم
    “Kisah para ulama lebih aku sukai daripada banyak pelajaran fiqih, lantaran dalam kisah itu terdapat gambaran akhlaq dan adab mereka.” (Tartib al-Madarik, Qadhi ‘Iyadh 1:23).
    Salah satu cermin yang elok dan tak pudar adalah kehidupan salah seorang tabi’ut tabi’in Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali Maulahum al-Marwazi, yang dilahirkan pada tahun 118 H. Ayah ia berdarah Turki, dahulunya adalah seorang hamba sahaya, sedangkan ibunda ia berasal dari Khawarizm di Persia.
    Tengoklah bagaimana putra mantan budak ini kelak menjadi seorang ulama hebat dan konglomerat yang dermawan. Imam Dzahabi menyebutkan tentangnya:
    الإِمَامُ، شَيْخُ الإِسْلاَمِ، عَالِمُ زَمَانِهِ، وَأَمِيْرُ الأَتْقِيَاءِ فِي وَقْتِهِ، الحَافِظُ، الغَازِي، أَحَدُ الأَعْلاَمِ،.
    Dialah Imam, Syaikhul Islam, yang paling alim di masanya, pimpinannya orang-orang yang bertaqwa di waktunya, al-Hafidz al-Ghazi (seorang pejuang) salah satu tokoh.
    Ibnul Mubarak, telah mulai menuntut ilmu pada waktu yang mungkin agak terlambat, Imam adz-Dzahabi menyebutkan dalam ensiklopedinya Siyar A’lam an-Nubala’, bahwa ia baru memulai menimba ilmu tatkala usia ia memasuki dua puluh tahun, namun hal ini tidak membuat ia tertinggal oleh teman-temannya yang telah menimba ilmu terlebih dahulu.
    Perlu digarisbawahi, bahwa tiada kata terlambat untuk menuntut ilmu, karena ilmu tetap bersahaja sampai kapanpun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا ذكر الله وما والاه وعالما أو متعلما
    “Dunia ini terlaknat dan dilaknat segala sesuatu yang ada padanya, kecuali dzikirullah dan ketaatan kepada-Nya, orang yang berilmu, dan orang yang belajar ilmu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan Albani).

    Belajar di Penjara:

    Guru tertua ia adalah al-Allamah al-Muhaddits Rabi’ bin Anas al-Khurrsani, salah seorang paling berilmu di masanya. Ada yang unik dengan cara Ibnul Mubarak belajar kepada gurunya ini, di mana saat itu orang-orang tidak dapat berjumpa dan belajar kepadanya, karena gurunya ini sedang berada di dalam penjara, disebabkan kezhaliman penguasa saat itu, maka Ibnul Mubarak bersisasat agar bisa mendengarkan dan meriwayatkan hadis darinya, dan ia pun berhasil meriwayatkan kira-kira 40 hadis darinya.
    Sesulit apapun kondisi hamba, dia tetap harus berusaha untuk belajar dan menimba ilmu.

    Guru-guru Abdullah bin al-Mubarak

    Al-Abbas bin Mush’ab meriwayatkan dari Ibrahim bin Ishaq al-Bunani, ia meriwayatkan bahwa Ibnul Mubarak berkata; “Aku telah belajar kepada 4 ribu guru, dan aku meriwayatkan hadis dari 1000 guru”. Al-Abbas bin Mush’ab berkata: Maka aku pun menelusuri guru-guru yang ia meriwayatkan hadis dari mereka sehingga terkumpul bagiku 800 gurunya. Subhanallah.

    Kedudukan Abdullah bin al-Mubarak

    Seorang ahli hadis Abu Usamah, Hammad bin Usamah berkata tentang Abdullah bin al-Mubarak,
    ابْنُ المُبَارَكِ فِي المُحَدِّثِيْنَ مِثْلُ أَمِيْرِ المُؤْمِنِيْنَ فِي النَّاسِ
    “Ibnul Mubarak di kalangan ahli hadis adalah serupa dengan amirul mu’min (penguasa umat) di kalangan manusia secara umum.”
    Subhanallah, pada hakikatnya ilmu adalah lebih mulia dan utama dari harta benda dan kekuasaan ataupun jabatan dan kedudukan, simaklah kesaksian seorang yang tinggal di istana raja yang penuh dengan kemewaah dan kelimpahan harta, diriwayatkan bahwa salah satu Ummu Walad khalifah Islam saat itu, yaitu Harun al-Rasyid. Pada suatu waktu Khalifah Harun al-Rasyid berkunjung ke kota Raqqah di Syiria, namun tiba-tiba orang-orang berebut mengikuti Abdullah bin al-Mubarak, sehingga sandal-sandal terputus dan debu berterbangan, maka sang Khalifah ini melongok keluar dari menara istana yang terbuat dari kayu, seraya berkata keheranan,
    “مَا هَذَا؟  قَالُوا: عَالِمٌ مِنْ أَهْلِ خُرَاسَانَ قَدِمَ.
    قَالَتْ: هَذَا -وَاللهِ- المُلْكُ، لاَ مُلْكَ هَارُوْنَ الَّذِي لاَ يَجْمَعُ النَّاسَ إِلاَّ بِشُرَطٍ وَأَعْوَانٍ”.
    “Ada apa ini?”, maka orang-orang yang di sekitarnya berkata, “Ini ada seorang alim ulama dari Khurasan yang datang”. Maka dia pun berkata, “Demi Allah, inilah yang dikatakan kerajaan, bukan kerajaan Harun yang tidak mengumpulkan manusia kecuali dengan pasukan dan hulu baling.”

    Kerendahan Hati Abdullah bin al-Mubarak

    Ibnul Mubarak adalah orang yang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) dan jauh dari kesombongan, dikisahkan pada suatu hari bahwa Abdullah bin al-Mubarak menghadiri majlis hadis gurunya Hammad bin Zaid, maka para penuntut hadis itu berkata kepada Hammad: “Mintakan kepada Abi Abdirrahman (yakni Abdullah bin al-Mubarak) untuk meriwayatkan hadis kepada kami”, maka sang Guru berkata
    قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ! يَا أَبَا إِسْمَاعِيْلَ، أُحَدِّثُ وَأَنْتَ حَاضِرٌ. فَقَالَ: أَقسَمتُ عَلَيْكَ لَتَفْعَلَنَّ.
    “Wahai Aba Abdirrahman riwayatkanlah hadis untuk mereka, sesungguhnya mereka telah memohon kepadaku hal ini”.  Abdullah bin al-Mubarak tertengun dengan hal itu seraya berkata, “Subhanallah, Wahai Aba Ismail (kun-yah Hammad bin Zaid) bagaimana mungkin aku meiwayatkan hadis sedang dirimu hadir di sini”, mendengar itu Hammad bin Zaid berkata; “Aku bersumpah kepadamu agar kamu melakukannya”. Maka karena sumpah gurunya ini, terpaksa Ibnul Mubarak menurutinya, dan ia pun berkata “Ambillah, telah meriwayatkan kepada kami Abu Ismail Hammad bin Zaid”, tidaklah ia meriwayatkan satu hadis pun pada saat itu kecuali hadis-hadis yang didengarnya melalui jalur gurunya Hammad”.
    Allahu Akbar, beginilah seharusnya akhlaq para ulama, saling menghormati dan saling menghargai, karenanya ilmu mereka bermanfaat untuk umat.

    Kebiasaan yang Aneh

    Abdullah bin al-Mubarak memiliki suatu kebiasaan yang agak aneh menurut teman-temannya, di mana ia lebih menyukai duduk sendirian di rumahnya dari pada ngobrol bersama teman-temannya, sehingga mereka bertanya:
    : أَلاَ تَسْتَوحِشُ؟ فَقَالَ: كَيْفَ أَسْتَوحِشُ وَأَنَا مَعَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَأَصْحَابِهِ؟!
    “Apakah kamu tidak merasa kesepian?”. Maka ia menjawab, “Bagaimana Aku akan merasa kesepian sedangkan aku bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiallau ‘anhum“, yakni mengkaji sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan atsar para sahabat Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam.
    Subhanallah, seharusnya apabila kita bila merasa bosan di rumah, jenuh dengan rutinitas, maka cobalah mengusirnya dengan membaca kitabullah dan hidup bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, khususnya ibu-ibu yang berada di rumah.

    Kelembutan Hati dan Ketakutannya kepada Allah

    Selain keilmuaannya yang matang, Ibnul Mubarak adalah sosok alim ulama yang lembut hatinya, Nu’aim bin Hammad menceritakan bahwa Apabila Ibnul Mubarak membaca buku-buku raqaa-iq(tentang kelembutan hati), maka seakan-akan dia adalah seekor lembu yang disembelih, karena menangis, sehingga tiada seorang pun yang berani bertanya sesuatu kepadanya kecuali akan didorongnya”.
    Nuaim bin Hammad juga berkata bahwa pada suatu hari seseorang berkata kepada Ibnul Mubarak, “Aku telah membaca seluruh Alquran dalam satu rakaat”. Ibnul Mubarak berkata kepadanya; “Akan tetapi aku mengetahui seseorang yang semalam suntuk mengulang-ulangi Al Hakumuttakastur sampai fajar terbit, dia tidak mampu untuk melampauinya”.  Dan orang yang dimaksud olehnya adalah dirinya sendiri.
    Subhanallah, semakin berilmu seorang, maka akan semakin bertambah rasa takutnya kepada AllahTa’ala, membaca Alquran yang baik adalah bukan yang cepat dan kilat, sehingga dia tidak dapat menghayati apa yang dibaca, namun yang baik adalah bagaimana mengaji sambil menghayati isi dari firman Allah itu, Allah Ta’ala berfirman:
    كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
    Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, yang penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran.” (QS. Shad:29)
    Bersambung…
    Oleh: Syafiq Riza Hasan Basalamah MA